By. Hana Aina
Raka
membuka gulungan kertas yang sedari tadi digenggamnya. Kertas karton seukuran
buku gambar besar. Di sana,
tadi malam ia melukis gambar kucing putih belang coklat dengan menggunakan cat
minyak. Itu adalah tugas dari Pak Yono, guru menggambarnya, minggu lalu sebagai
tugas liburan sekolah. Rencananya hari ini semua tugas akan dikumpulan.
Raka
menggelar lukisannya di atas meja. Ia anak yang suka pamer. Ia ingin teman-temannya
yang melihat lukisannya lalu terkagum dan memujinya. Dan itu benar. Satu per
satu teman Raka mulai mengerumuni meja Raka karena ingin melihat lukisan
kucingnya dari dekat.
“Wah,
Raka hebat, ya. Bisa melukis sebagus itu,” Doni mendekat pada Raka.
Teman-temannya lain yang mendengar ucapannya jadi penasaran.
“Pasti
susah, ya, membuatnya?” Nando penasaran bagaimana Raka bisa membuat lukisan
sebagus itu.
“Tidak
juga. Gampang, kok,” jawab raka enteng, sambil melipat tangannya ke depan dada.
Wajahnya sedikit mendongak ke atas, dadanya membusung bangga.
Karena
banyak yang ingin melihat hingga berdesak-desakan. Giring yang melihat paling
depan sampai tergencet. Ia didorong dari belakang hingga akhirnya jatuh
tersungkur. Tanpa sengaja tangannya menarik kertas lukisan Raka hingga merobek
tepinya. Raka yang melihat lukisan kebanggaannya sobek marah besar.
“Lukisanku…!!”
Mata Raka terbelalak. Teman-teman lain yang melihat kejadian itu sedikit mundur
ke belakang. Suasana hening.
“Maaf,
Raka,” suara Giring bergetar. Ia ketakutan melihat wajah Raka yang merah padam
lalu mengambil sobekan lukisan dan meletakkannya di meja Raka. “Aku nggak
sengaja.”
“Nggak
sengaja bagaimana? Aku jelas-jelas melihatmu menariknya,”
“Aku
terjatuh,” Giring merasa bersalah. Bagaimana pun memang dia yang menyebabkan
lukian raka sobek meski tak sengaja.
Mata
Raka berkaca-kaca. Ia mulai menangisi lukisan yang belum sempat ia nilaikan. Melihat
kejadian itu Desta, ketua kelas 6-A, melaporkannya pada Pak Yono. Pak Yono
memanggil Raka dan Giring ke ruang guru.
Raka
memperlihatkan lukisannya yang kini tak utuh lagi. Sedang Giring tertunduk.
Mereka sekarang duduk berhadapan dengan Pak Yono di ruang guru.
“Giring,
apa benar kamu yang melakukannya?” tanya Pak Yono. Giring hanya mengangguk
pelan.
“Tapi
saya nggak sengaja. Saya terjatuh,” Giring memberi alasan.
“Inikan
tugas liburan, Pak. Belum sempat saya nilaikan,” Mata Raka masih basah.
Sesekali ia masih manangis.
Pak
Yono mendengar dengan seksama pembelaan Giring dan Raka. “Ya sudah. Bapak kasih
kamu kesempatan untuk membuatnya lagi,” Ia menarik nafas panjang lalu
melanjutkan. “Sekarang, Giring minta maaf pada Raka,”
“Aku
minta maaf, Raka,” Giring berpaling pada Raka yang duduk di sampingnya. Ia
mengulurkan tangannya, mengajak salaman.
“Tidak
mau,” Raka menarik tangannya ke belakang punggung. Ia masih marah pada Giring.
Melihat
sikap Raka, Pak Yono terkejut. “Lho, kenapa?”
“Saya…
tidak bisa membuatnya lagi,” jawab Raka perlahan. Ia kembali menangis.
“Bukannya
tadi kamu bilang gampang membuatnya,” Giring ingat apa yang dikatakan Raka pada
teman-temannya di dalam kelas tadi
“Sebenarnya…
Raka minta bantuan Papah Raka untuk membuatnya. Sekarang Papah sedang keluar kota,” Raka tertunduk.
“Jadi,
itu bukan lukisan Raka sendiri?” tanya Pak Yono.
Raka
menggeleng. “Raka ingin dapat nilai yang bagus. Tapi Raka nggak bisa melukis
sebagus Papah,” Raka memberikan penjelasan.
“Maaf,
Pak,” Raka menyesal.
Pak
Yono terdiam, lalu berkata. “Kalau begitu, Bapak memaafkan Raka yang sudah mau
bicara jujur, asalkan Raka juga harus mau memaafkan Giring,”
Raka
mengangguk. Ia tersenyum lega. Pak Yono memaafkannya dan tidak menghukumnya
karena telah berbohong dan curang.
Raka
dan Giring bersalaman, kemudian berpelukan. Raka telah memaafkan Giring dan ia
diberi kesempatan oleh Pak Yono untuk membuat tugas melukisnya lagi dengan
catatan lukisannya sendiri bukan lukisan orang lain.
Meski
tidak sebagus lukisan Papahnya, tapi Raka harus bangga dengan hasil karyanya
sendiri. Tidak mengakui hasil karya orang lain sebagai hasil karyanya. Karena
itu sama juga dengan bohong. Tidak hanya membohongi orang lain, tapi juga
membohongi diri sendiri.
THE END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berbagi komentar