By. Hana Aina
::
Gadis itu
merebahkan kakinya perlahan
pada hampar rerumputan, basah
hujan semalam masih sisakan embun
menganakkan dentum pada bulir pucuk daun
Tunggunya penuh harap
hingga kabut berhimpun, melesat
pudarkan pandang jiwa yang tersesat
sendiri, sepi menggelayuti
Gadis itu
merapatkan dekap diantara dingin yang meratap
mendera tulang dengan derit mencekam
"Sudikah kau berbagi hangat, padaku
walau hanya seikat"
Bisiknya lirih, seakan ada perih
: tertahan
di antara bibir terkatup, beban
merampas senyuman
tinggalkan hambar, dalam gelap binar mata
Gadis itu
tengadahkan wajah penuh resah
mencari sela mega untuknya menatap langit
"Adakah bidadari di sana
melukis pelangi pada ujung senja"
merah... kuning... hijau... jingga...
Tatapnya nanar
pecahkan bening merinai, luntur membelai
titipkan syair aksara runtuh, dari gerimis
pada tiap lembar kelopak jatuh
: menangis
Solo, 14/06/12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berbagi komentar