Dalam
era globalisasi sekarang ini, pendidikan adalah salah satu hal penting yang
harus diperhatikan dari seorang anak. Menurut Drs. Sukro Mubah, M.Si dalam
seminar parenting “Sinergisitas Pembibaan Orangtua dan Guru Dalam Mendidik Buah
Hati Untuk Menggapai Ridha Ilahi” di Gedung Saba Buana hari Sabtu 24 Oktober
2015 mengatakan, ada 4 pihak yang bertanggungjawab atas pendidikan anak,
yaitu: orangtua, sekolah, pemerintah, dan masyarakat. Ini sesuai dengan Pasal 3
UU 20 tentang tujuan pendidikan adalah menjadikan manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Orangtua
sebagai pihak pertama yang bersentuhan langsung dengan anak memiliki beberapa
kewajiban mulai sejak anak lahir. Saat anak lahir, orangtua memberikan nama
yang baik, memberikan kasih sayang dan perhatian, serta memperhatikan dengan
seksama perkembangan fisik dan mentalnya. Pendidikan yang baik juga dibutuhkan,
baik ilmu pengetahuan maupun ilmu agama. Anak diperkenalkan dengan al qur'an
sejak dini dengan harapan kelak menjadi anak yang sholeh dan sholehah. Secara
pribadi, orangtua hendaknya mempersiapkan diri menjadi pribadi yang baik
sehingga dapat menjadi teladan bagi anak. Jika anak melakukan kesalahan jangan
dicela, berikanlah nasehat yang baik. Begitu pula jika anak melakukan kebaikan,
orangtua jangan segan untuk memberi penghargaan.
"Ilmu
pengetahuan tanpa agama ibarat orang berjalan dengan mata buta. Agama tanpa
ilmu pengetahuan ibarat orang yang berjalan dengan kaki pincang."
~Albert
Einstain~
Dalam dunia pendidikan yang diwakili oleh pihak sekolah, memiliki banyak tantangan yang semakin hari semakin berat. Sistem pendidikan kini semakin sekuler dan meterialistik, memisahkan ilmu pengetahuan dengan agama. Agama dianggap ketinggalan jaman. Agama juga dianggap penghambat kemajuan. Belum lagi adanya mismatch. Mulai dari tujuan pendidikan yang berbeda dengan implementasinya di lapangan. Kebiasaan yang berkembang di rumah yang terkadang kurang pendukung pendidikan di sekolah. Belum lagi moderenisasi yang diwakili dengan perkembangan iptek yang tidak dapat dikendalikan, hingga karakter masyarakat yang tercermin dalam banyaknya tontonan tidak mendidik di televisi.
Sekolah baru dapat mendidik anak menjadi pintar tapi tidak
berkarakter. Keberhasilan diukur hanya dengan hasil akademik. Pendidikan tidak
membekas dalam kehidupan. Anak dituntut menguasai materi namun tidak mampu
mengaplikasikan dalam keseharian. Akibatnya anak tidak mampu bersaing.
Untuk
mengatasi segala permasalahan di atas, diperlukan adanya sinergi antara
orangtua dan pihak sekolah. Rumah diibaratkan sebagai baiti jannati, rumahku adalah
surgaku. Adanya keharmonisan yang terjalian di antara anggota keluarga
diperlukan agar anak merasa nyaman dan dekat. Penanaman keteladanan pada diri
orangtua dimana anak sering meniru apa yang dilakukan orangtua dan orang
terdekatnya. Di lain sisi, sekolah adalah rumah kedua bagi anak. Madrosati jannati. Sekolah yang
diwakili guru sebagai pendidik hendaklah menjadi suri tauladan sekaligus
sebagai motor penggerak anak didiknya.
Kerjasama yang baik antara orangtua dan sekolah akan sangat
membantu anak dalam belajar. Apa yang tidak tuntas di sekolah, dapat
dituntaskan di rumah. Begitu juga sebaliknya. Apa yang sudah diajarkan di
sekolah, orangtua dapat mengawal agar terlaksana dengan baik di rumah. Saling
bekerjasama antara sekolah dan rumah juga dilakukan untuk menghindari adanya
kontradiksi dan kesalahpahaman. Kerjasama ini biasanya diwujudkan dalam bentuk
buku penghubung, dimana kedua belah pihak dapat sama-sama membaca serta
menuliskan apa yang menjadi ganjalan dan keluh kesah pada diri anak.
"Dan hendaklah takut kepada Alloh orang-orang
yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang
mereka khawatir (kesejahteraan) mereka. Oleh karena sebab itu hendaklah mereka
bertaqwa kepada Alloh dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
benar." (QS. An Nisa : 9)
Dalam
Islam, anak memiliki beberapa kedudukan:
1. Anak Adalah
Titipan.
Diumpamakan
seseorang yang menitipkan barang kepada kita. Saat barang itu diminta dan dalam
keadaan rusak, maka yang punya akan marah. Demikian pula anak. Anak adalah
titipan Alloh, jagalah dengan baik agar Alloh tidak marah.
2. Anak
Adalah Amanah.
Tidak
semua orangtua mendapatkan amanah ini. Jika anda termasuk orang yang beruntung
mendapatkan amanah itu, maka peliharalah dia dengan baik. Jangan disia-siakan.
3. Anak
Adalah Sebutir Benih.
Jika
benih ditanam pada tanah yang baik, maka dia akan menjadi baik. Namun jika
ditanam pada lahan yang buruk, tumbuhnya pun jadi kurang menyenangkan, bukan.
Pastinya sebagai orangtua menginginkan anaknya tumbuh menjadi pribadi yang
baik. Karenanya, tanamlah benih itu di lahan yang baik. Sterilkan rumah dari
kemaksiatan, tontonan yang tidak mendidik. Kondisikan lingkungan yang baik
untuk pertumbuhannya.
4. Anak
Adalah Fitrah.
Anak
terlahir dalam keadaan fitrah. Hadapkan wajahnya pada agama fitrah yaitu islam.
Sesuatu yang fitrah maka akan kembali ke fitrahnya. Bangun jiwanya, bukan hanya
raganya. Sirami dengan nasehat yang baik, ajaran agama
Keterampilan
dan pengetahuan tidaklah bersifat permanen. Ini akan terus berkembang seiring
berjalannya waktu. Tantangan yang dihadapi anak kita, tentu tidak sama dengan
apa yang kita hadapi sekarang. Motivasi anak untuk terus berkembang dengan
cara learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live
together. Yang terakhir inilah yang paling penting karena anak belajar untuk
saling menghargai dan menghormati, saling memberi dan menerima, dan hidup
bersosial.
Hantarkan
anak kita tidak hanya mampu berenang di kolam renang, tapi juga mampu berenang
di samudera. Menggapai kesuksesan dengan kekuatan untuk berkompetisi. Persiapkan
untuk bersaing pada masa yang akan datang dengan spirit INQUIRI, yaitu kebiasaan meneliti dan menulis, yang
menjadi kebanggaan dan supremasi kejayaan peradaban Islam pada masa keemasan.
Jaman
sekarang, anak dituntut untuk memiliki kemampuan komunikasi yang baik,
sekaligus kemampuan kompetisi secara menyeluruh. Kecepatan dan kretifitas. Sumber
daya manusia yang produktif dan kompeten merupakan modal pembangunan. Hal ini
dihasilkan dari pendidikan yang bermutu dan berkarakter. Pendidikan sekarang
adalah cerminan kepemimpinan yang akan datang.
Renungan:
Jika anak banyak dihantui
ketakutan, ia akan terbiasa merasa cemas.
Jika anak terbiasa dikasihi,
ia akan terbiasa meratapi nasibnya.
Jika anak dikelilingi
olok-olok, ia akan terbiasa jadi pemalu.
Jika anak terbiasa dikitari
rasa iri, ia akan terbiasa merasa bersalah.
Jika anak banyak dicela, ia
akan biasa menyalahkan.
Jika anak banyak dimusuhi,
ia akan terbiasa menentang.
Jika anak serba dimengerti,
ia akan terbiasa menjadi penyabar.
Jika anak banyak diberi
dorongan, ia akan terbiasa percayadiri.
Jika anak mengenyam rasa
aman, ia terbiasa mengendalikan diri dan mempercayai orang sekitarnya.
Jika anak dikerumuni
keramahan, ia akan terbiasa berpendirian.
Jika anak mendapatkan
pengakuan dari lingkungannya, ia akan terbiasa menetapkan langkahnya
Jika anak diperlakukan
dengan jujur, ia akan terbiasa melihat kebenaran.
Aku suka quotes Albert Einstein yang paling atas.. :)
BalasHapusInspiratif nih artikelnya...
Salam kenal yaa....
Iya, Iptek dan Imtaq tak bisa dipisahkan :)
HapusSalam kenal juga :D :D
Inquiri. Satu hal penting utk diperhatikan.
BalasHapusTerima kasih sudah berbagi, Mbak. :)
Sama-sama, Mak. Semoga bermanfaat :)
Hapus