Geram ya rasanya kalau menemukan anak mulai bisa
berbohong. Pasti inginnya marah dan ngomel. Tapi anak jaman sekarang kalau
diomeli malah ngeles. Ada aja alasannya. Semakin dicerca semakin berkelit. Yang
tua musti sabar tingkat bidadari. Anak yang masih belia dan polos tiba-tiba bisa
berbohong. Tentu kita jadi bertanya-tanya dari mana dia belajar? Siapa yang
mengajarinya? Siapa yang ditirunya?
Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan anak mulai
berbohong. Yang paling dekat tentu saja adalah pengaruh lingkungan sekitar,
terutama keluarga. Roll model yang sangat mempengaruhi sikap anak-anak adalah
orang tua. Jadi, kalau tiba-tiba anak mulai berbohong, orang tua sebaiknya
introsperksi diri. Terkadang tanpa disadari orang tualah yang telah mengajarkan
kebohongan kepada anak. Sebagai contoh saat orang tua melarang anak untuk
bermain di luar rumah, orang tua mengatakan, "Jangan main di luar! Nanti diculik orang gila, lho." Atau saat kedatangan orang tidak ingin ditemui, "Bilang saja, Mama nggak ada di rumah." Nah, lho ^^'
Faktor
lain yang dapat sebagai pencetus anak mulai berbohong diantaranya adalah sikap
keras orang tua. Bukan tidak boleh bersikap tegas pada anak untuk
mendisiplinkan, tapi tidak dengan kata-kata keras dan kasar. Contoh yang sering
terjadi di masyarakat adalah anak yang dituntut selalu mendapatkan nilai bagus
saat ulangan. Saat anak tidak mampu meraihnya, orang tua lantas memarahi dan
menghukumnya. Akibatnya, anak menjadi takut. Di lain waktu saat ada ulangan
lagi, anak akan melakukan apa saja untuk mendapatkan nilai yang bagus. Termasuk
menghalalkan segala cara, menyontek teman misalnya. Akhirnya anak mulai
berbohong dan tidak sportif. Termasuk dalam hal ini adalah, anak berbohong
untuk menyenangkan orang lain. Saat anak tidak dapat mengerjakan ulangan, lalu
orang tua bertanya kepadanya, "Bagaimana tadi ulangannya?" Agar orang
tuanya senang dan tenang, anak akan menjawab, "Bisa." Boleh jadi
sebenarnya anak mendapat kesulitan saat mengerjakan soal.
Alasan
lain anak berbohong adalah keinginannya agar dapat diterima di pergaulan.
Biasanya ini terjadi pada anak-anak dengan rasa percaya diri yang rendah, Anak
dengan rasa percaya diri yang tinggi tidak perlu melakukan kebohongan agar
diterima oleh teman-temannya. Bahkan dia bisa menjadi magnet bagi
teman-temannya untuk mendekat kepadanya. Agar dapat diterima oleh
teman-temannya, anak dengan rasa percaya diri rendah akan berbohong dengan cara berbicara tentang hal yang
muluk-muluk. Misalnya, saat anak mengaku sebagai anak orang kaya dengan segala
fasilitas mewah, atau selalu mentraktir teman-temannya jajan untuk menunjukkan
kekayaannya. Padahal sebenarnya tidak demikian.
Nah, jika
sudah seperti ini, alangkah baiknya jika orang tua mengetahui tanda-tanda saat
anak mulai berbohong. Banyak tanda yang bisa dianalisa oleh orang tua. Mulai
dari cara bercerita anak yang terbata-bata dan tidak konsisten, hingga anak
yang terlihat gelisah. Semua dikarenakan anak sedang menyembunyikan sesuatu.
Sehingga anak harus menyusun cerita bohong. Orang tua juga dapat memperhatikan
sikap anak. Pandangan mata anak saat bercerita. Anak yang berbohong biasanya
tidak berani menatap mata langsung. Dia akan sering berkedip, sering menggosok
hidung dan menutup mulut. Bola mata anak yang sedang berbohong terus bergerak
ke kanan dan ke kiri, namun lebih sering bergerak ke kiri karena sedang
merangkai cerita. Anak berbohong juga cenderung berkeringat, sering menelan
ludah karena adrenalin meningkat.
Meski
orang tua menemukan tanda-tanda di atas, bukan berarti orang tua lantas langsung
menuduh berbohong. Orang tua hendaknya mencari bukti. Ada beberapa hal yang dapat orang tua lakukan
untuk mencari bukti kebohongan anak. Memeriksa bagian tubuh anak adalah salah
satunya. Adanya bekas coretan pada bagian tubuh tertentu saat anak mencontek
bisa menjadi salah satu bukti.
Orang tua
jangan terlalu takut dengan anak. Dalam artian, orang tua terlalu menghormati
privasi anak hingga kurang tegas dalam mengontrol anak. Tidak berani masuk ke
kamarnya, memeriksa barang-barang pribadinya seperti tas, laci meja, saku
celana, bahkan almarinya. Hal ini dilakukan bukan untuk mengintimidasi anak.
Ini hanya untuk pengecekan biasa. Siapa tahu anak sedang khilaf dan terdapat
barang-barang orang lain di tempat pribadinya. Karena pada kenyatannya, tidak dapat
dipungkiri juga, anak sering menyembunyikan kertas ulangan dengan nilai jelek
pada tempat-tempat tersebut.
Jika
memang ternyata ditemukan bukti-bukti tersebut, lagi lagi jangan langsung
menghakimi anak. Memang segala tindakan ada konsekuensinya. Termasuk jika
berbohong. Hukuman mungkin memang diperlukan, namun bukan untuk menyakiti. Ajak
anak bicara dari hati ke hati. Tidak menutup kemungkinan justru anak akan
mengakui perbuatannya. Setelahnya, orang tua dapat membatu anak memperbaiki
keadaan. Jika ada nilai ulangan yang jelek, orang tua dapat menanyakan kepada
anak bagian mana yang menurutnya susah. Jika menyangkut orang lain, bantulah
anak untuk meminta maaf. Ini akan lebih bijaksana.
Menangani
anak yang berbohong memang gampang-gampang susah. Namun jangan pantang
menyerah, ya. Banyak cara kok agar anak bisa menghilangkan sedikit demi sedikit
kebiasaan berbohongnya. Teladan yang baik dari orang tua adalah salah satunya.
Keterbukaan dalam menjalin komunikasi antara ayah ke ibu, ibu ke ayah, orang
tua ke anak, dapat membantu menciptakan lingkungan yang nyaman bagi anak hingga
anak lebih terbuka. Menanamkan kejujuran kepada anak, menghargai dan
mencintainya dengan tidak menuntut melebihi kemampuan, menerima apa
adanya, serta tidak menjadikannya sebagai pesakitan dapat membantu menciptakan
kepercayaan diri pada anak. Dia tidak perlu menuntut dari orang lain dan
menjadi anak yang terpinggirkan dalam pergaulan. Anak akan lebih berpikir
positif dan tidak perlu berbohong lagi.
Biasanya di anak usia 12 mulai berbohong, walaupun berbohong perihal hal yang sepele, namun jika dibiarkan aja menjadi kebiasaan
BalasHapusIya. Karenanya lebih baik jika diantisipasi sedari kecil :) :)
Hapusanak saya masih kecil masih belum keliahtan mungkin nanti kalau udah tiga tahun deh bisa di praktekin tipsnya diatas ;)
BalasHapusSemoga nermanfaat ya, Mak :) :)
Hapusjadi ingat waktu saya masih SD Mbak, setiap kali nilai ulangannya jelak akan saya robek kertasnya dan bilang kertas ulangannya dibawa sama Ibu guru :(
BalasHapussaya robek karena takut dimarahi sama Papa karena nilai ulangannya jelek :(
Pengalaman memang guru yang terbaik, ya, Mak. Sekarang jadi tahu bagaimana dunia anak :) :)
HapusOrangtua harus mencontohkan perbuatan yang baik ya, jangan berkata keras. Seep, makasih ya, Mbak.
BalasHapusSama-sama. Semoga bermanfaat :) :)
HapusMenempatkan diri sebagai panutan yang baik memang tanggung jawab besar ortu skrg ya mba...salam kenal.
BalasHapus@cputriarty
Yup, benar banget, Mak. Salam kenal :) :)
Hapusanak saya yg besar kalau dpt nilai jelek ketika ulangan selalu dimarahi papanya. akibatnya dia gak berani nunjukin ke papanya kalau pas dapt nilai jelek. alhasil saya jadi ikut2an deh nutup-nutupin kalau anak lagi pas dapat nilai jelek. duh mudah2an gak berpengaruh buruk utk anak ke depannya nih. habis suka kasian juga kalau anak diomelin terus hanya karena nilai2 buruk di sekolah. karena menurut saya tuh kalau anak tidak terlalu pintar di bidang ini, maka Allah pasti memberinya kelebihan di bidang lain.
BalasHapusIya. Setiap manusia terlahir ke duania ini dengan kelebihannya masing-masing ^^
HapusSaya pas kecil juga bbrp kali bohong ma ortu huhuhu sering malah :P
BalasHapusUtamanya pas ortu nglarang nonton tipi pdhl saya tau letak kunci lemari tipi dmn, pas ortu pergi saya buka lemari dan nonton tipi, pas ortu datang cepet2 matiin tipi dan sembunyikan kunci di tempat semula hehe :P kenakalan jaman kecil...
Jiahaha ... Dia ngaku :D :D
Hapusiya, aku pun sering pusing ngadepin kebohongan anak
BalasHapusCoba tips di atas, Mak. Semoga berhasil :) :)
Hapus