Menu

Rabu, 17 Februari 2016

Serunya Festival Jenang Solo 2016



Bulan Februari ini kota solo memperingati ulang tahun. Tahun ini bertepatan ulang tahun ke 271. Sebuah kebetulan juga, karena kode telefon area Solo adalah 0271. Kok ya pas, ya? Hehe ..^^
Banyak festival diselenggarakan untuk memeriahkan ulang tahun Solo. Salah satunya adalah Festival Jenang Solo. Sebenarnya ini adalah acara tahunan, dan tahun ini adalah tahun ke 5 diselenggarakannya Festival Jenang Solo dengan mengambil tema Ragam Jenang Nusantara. 
Jenang merupakan salah satu makanan tradisional Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke, jenang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Meski demikian, ternyata bahan dasar pembuatan jenang bisa berbeda. Termasuk topping dan makanan pelengkapnya juga beraneka macam. Apalagi rasanya, tak perlu diragukan lagi. Keanekaragaman citarasa jenang coba dihadirkan di Festival Jenang Nusantara. Ini sesuai dengan tema yang diambil, Ragam Jenang Nusantara. Diharapkan dengan adanya festival ini dapat mempererat persatuan bangsa dengan menyatukan perbedaan yang diwakili oleh jenang yang ada di beberapa daerah di Indonesia. 
Sebenarnya festival ini diselenggarakan bukan hanya dalam waktu sehari saja. Ini merupakan rangkaian acara yang diselenggarakan dalam beberapa beberapa hari. Mulai tanggal 14 hingga 17 Februari 2016. Dimulai dengan acara pembukaan Festival Jenang pada tanggal 14 Februari 2016 oleh PJ Walikota Surakarta, Budi Yulistyanto. Ini bertepatan dengan acara mingguan Car Free Day di sepanjang jalan Slamet Riyadi Solo. Acara pembukaan ini menghadirkan tarian dari berbagai daerah, seperti Tari Saman, Tari Jaipong, dll. Panggung didirikan di ujung jalan Ngarsopuro. Tepat di bawah panggung, murid-murid sekolah dasar dari berbagai sekolah di kota Solo bersama-sama memarut kelapa. Di Solo, kelapa adalah salah satu bahan pembuat jenang. Santan yang dihasilkan dari kelapa akan membuat jenang terasa lebih gurih.
Tak jauh dari panggung utama, pada kanan dan kiri panggung, beberapa stand kecil didirikan. Masing-masing stand mewakili beberapa daerah. Uniknya, mereka bersama-sama memasak jenang. Tentu dengan kekhasan daerah masing. Ada bubur pedas dari Kalimantan Barat, Papeda dari Papua, bubur dari Aceh, dll. Saat jenang belum matang, para pengunjung sudah berdesakan mengerubuti stand. Dan begitu jenang matang, langsung deh, tanpa dikomando, pengunjung langsung menyerbu jenang yang telah disajikan. Brulll ... Habis, Saudara-saudara ...!!!! :D :D

Team pemasak jenang dari Rumah Sinten

Team pemasak jenang Kalimantan Barat

Team pemasak jenang Revolusi Mental

Sebagai puncak dari acara ini adalah pembagian 20.000 jenang secara gratis di sepanjang jalan Ngarsopuro pada tanggal 17 Februari. Di sepanjang koridor jalan Ngarsopuro, pada sisi kanan dan kiri, dari ujung ke ujung, didirikan stand-stand kecil berderet. Jumlah jenang yang disajikan pada kesempatan ini jauh lebih banyak. Ada sekitar 36 jenis jenang dari berbagai daerah di Indonesia. Jenang-jenang tersebut di sajikan di atas takir. Takir adalah tempat makan berbentuk bulat kecil yang terbuat dari daun pisang. Kalau tidak ada piring, maka takir dapat menjadi alternatif. Tradisional sekali, ya :D :D Meski baru akan dibagikan pada pukul setengah sembilan, namun kenyataannya banyak pengunjung yang sudah tak tahan lagi untuk icip-icip jenang yang disajikan. 
Pada kesempatan ini, sebuah meja besar diletakkan di tengah jalan tepat di depan panggung utama. Selain diletakan berbagai macam jenis jenang tadi, di situ pula disiapkan tumpeng sejumlah 271. Ini sesuai dengan angka ulang tahun Solo tahun ini. Acara pembagian jenang gratis bagi pengunjung diawali dengan pemotongan tumpeng oleh KGPH Dipokusumo yang dilanjutkan oleh pembagian jenang kepada tokoh masyarakat. Nah, baru setelah inilah masyarakat boleh memilih jenang apa saja yang disajikan untuk disantap.
Pengunjung yang hadiir sangat antusias. Bukan hanya masyarakat lokal, wisatawan mancanegara pun ada. Para pengunjung tidak puas hanya dengan mencicipi satu jenis jenang saja. Setelah selesai icip-icip dengan jenang yang ini, jalan lagi untuk mencari jenang yang lain. Saling berdesakan antar pengunjung, saling icip jika satu pengunjung mendapatkan jenis jenang yang berbeda dengan pengunjung yang lain. Huaa ... Seru deh pokoknya :D :D 

Bubur Papeda

Bubur Aceh

Jenang Revolusi Mental

Bubur Pedas Kalimantan Barat

Beberapa jenang yang dihadirkan diantaranya adalah Bubur Pedas dari Kalimantan Barat. Jenang ini terbuat dari beras yang disangrai dengan parutan kelapa, lalu ditambahkan berbagai macam sayuran. Lain lagi dengan jenang dari Papua yang lebih dikenal dengan nama Pepeda. Papeda terbuat dari sagu yang ditambahkan air panas dan diaduk hingga bening dan lengket. Biasanya jenang ini disajikan dengan siraman kuah ikan kuning. 
Dari Solo sendiri, ada beberapa jenang yang sudah familiar yang disajikan di festival ini. Seperti jenang sumsum, jenang mutiara, jenang ketan hitam, dan jenang tumpang. Jenang sumsum terbuat dari tepung beras sehingga warnanya putih. Biasanya jenang ini disajikan dengan siraman kuah gula jawa yang biasa disebut dengan juruh. Juruh inilah yang akan memberikan rasa manis saat disantap. 
Lain lagi dengan jenang abang. Jenang ini biasanya disajikan bersama dengan jenang putih hingga biasa disebut jenang merah putih. Jenang ini memiliki filosofi lelaki dan perempuan yang saling melengkapi satu sama lain. 
Jenang Tumpang, merupakan perpaduan dari jenang yang terbuat dari beras, lalu disiram dengan sambal tumpang. sambal tumpang sendiri biasanya terbuat dari tempe yang sudah busuk. Eit, tapi jangan berpikiran yang macam-macam, ya. Busuk di sini bukan berarti sudah tidak layaj dimakan dan berbelatung, ya. Tempe busuk yang dipakai adalah tempe dengan tekstur yang sudah mulai menghitam. Jadi pembusukannya belum yang begitu parah. Selain tempe yang mulai membusuk, yang khas dari sambal tumpang adalah dicampurkannya kerupuk kulit, atau yang biasa disebut krecek. Penyajian jenang tumpang bisa ditambah dengan toge sebagai pelengkap. Biasanya jenang ini disajikan saat sarapan terutama bagi yang kurang ingin terlalu kenyang dipagi hari. Rasanya manis, gurih, dan pedas ^^


   


Di tengah-tengah acara dilakukan kampanye kebersihan, terutama untuk para pengunjung agar tetap menjada kebersihan dengan tidak membuang sampah sembarangan. Terutama bekas takir dan sendok plastik. Pada beberapa titik, panitia sudah menyediakan tempat pembuangan sampah. Hal ini diharapkana agar samaph tidak berserakan dimana-mana dan acara dapat berjalan dengan nyaman.
Seru ya acara Festival Jenang nya. Yang belum pernah datang kemari, tenang saja. Bisa kok diagendakan untuk berkunjung ke Solo tahun depan. Karena setiap tahunnya, di bulan Februari, dalam rangka memperingati ulang tahun kota Solo, Festival Jenang ini diselenggarakan. 
Salam jenang ...!!! Lengkeeettt ...!!! :D :D

10 komentar:

  1. Belum lama aku bikin berita ino buat program tv ku.. Meriah banget ya acaranya :)

    BalasHapus
  2. Tadinya pengen banget datang pas festival jenang kemarin..apa daya akunya lagi sakit..jadi batal deh :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belum rejeki, Mak. Next year kemarilah! Kita kumpul bersama ^^

      Hapus
  3. Indonesia kaya jenang ya Mbak, luar biasa :D

    keluargahamsa(dot)com

    BalasHapus
  4. kalo inget jenang jadi inget dirumah...pernah bikin jenang dan bantuin ngaduk adonannya sampai 1 hari :D.... butuh perjuangan :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi terbayar, kan, dengan enak nya jenang yang dihasilkan :D :D

      Hapus
  5. Sayang banget, waktu itu aku ke Solo seminggu sebelumnya. Ga tau kalau ada acara macam ini.
    BTW, itu tulisan pembukaan festival jenang kayaknya salah ketik tanggal mbak :D

    BalasHapus

Terima kasih telah berbagi komentar