Google aja ikutan mudik. Lha, kamu kapan?
Akhir-akhir
ini Google menghadirkan suasana berbeda di berandanya. Diakhir Ramadhan seperti
sekarang ini, suasana yang tak asing mulai terasa. Kegiatan tahunan yang dapat
menggerakkan masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke kembali ke kampung
halaman masing-masing. Berbagai macam transportasi digunakan. Mulai dari darat,
laut, sampai udara. Dari yang roda dua sampai yang tanpa roda.
Sampai
hari ini, bagi saya, mudik adalah sesuatu yang berkesan seperti mimpi. Betapa
tidak. Seumur-umur, saya belum pernah merasakan yang namanya mudik. Bapak saya
kelahiran Solo dan juga tinggal di Solo. Begitu pula ibu saya. Ibu saya lahir dan besar di daerah yang masih eks Karesidenan Surakarta. Rumah nenek dari ibu saya berada di seberang sungai
Bengawan Solo. Rumah itu kini ditinggali oleh sana saudara dari ibu. Jika ingin bersilaturahmi, saya tinggal menyeberang sungai Bengawan Solo . Tidak sampai
setengah jam, saya sudah sampai di sana.
Saat
ini, sepertinya mudik sudah menjadi agenda bersama. Keseruannya membahana
seantero jagad raya. Sampai-sampai Google juga terkena demam mudik dengan
memasang gambar orang-orang yang sedang mudik. Orang Indonesia yang di luar
negeri pun ikutan mudik. Akibatnya, jalanan macet, penumpang kalap bejubel,
penumpang pesawat dan kereta harus jauh-jauh hari berebut tiket. Semua demi
mudik.
Betapa
serunya mudik. Meski saya sendiri tidak terlibat langsung di dalamnya. Ini terlihat dari antusias teman-teman saya yang mulai bongkar
celengan buat mudik, berebut tiket transportasi, mulai menghitung mundur
tanggal libur lebaran, heboh dengan barang bawaan yang ber-koper-koper ... dan
saya?! Saya tetap woles dengan hidup saya. Melihat semangat, kehebohan, dan keribetan mereka dalam mempersiapkan mudik ke kampung halaman, membuat saya salut ^^
Salah satunya adalah ceria adik saya yang tinggal di Bekasi. Sudah sejak jauh hari Adik saya memesan tiket. Berhubung dia adalah ibu rumah tangga yang tidak tergantung dengan jadwal kerja dan juga sedang punya bayi berumur 7 bulan, dia sengaja memesan tiket pada tanggal dimana orang-orang belum pada mudik. Yang menjadi pertimbangan adalah keruwetan selama perjalanan dengan membawa bayi. Bayangkan kalau pulang mudiknya mendekati lebaran. Betapa padat dan ruwetnya. Kasihan si bayi. Alhasil H-14 adik saya sudah pulang kampung. Bawaannya tak tanggung-tanggung. Ada 2 koper besar, 2 tas
jinjing, dan 1 tas ransel. Huahaha ... Ini mau mudik apa mau pindahan?! :D :D
Yeah,
begitulah. Namanya juga mudik. Yang berarti akan ada perjalanan panjang yang
harus dilalui. Banyak barang yang harus dibawa selain pakaian. Bisa jadi gadget
dan segala printilannya, perlengkapan kebersihan, obat-obatan terutama bagi
yang sudah punya obat rutin yang harus diminum, dompet beserta alat pembayaran yang lain, dan
juga makanan sebagai persediaan selama dalam perjalanan.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah keselamatan selama dalam perjalanan. Jangan sampai semangat untuk mudik ke kampung halaman menjadikan lupa akan keselamatan. Jangan lupa mengecek mobil dan motor termasuk perlengkapan keamanan pengendaranya. Jangan juga memaksakan diri saat lelah datang. Bagaimanapun juga, tubuh memiliki haknya untuk beristirahat. Berhentilah sebentar untuk beristirahat. Jangan dipaksakan karena lelah akan membuat pengemudi tidak fokus. kalau dipaksakan, takutnya akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Hal lainnya, adalah menaati peraturan lalu lintas. Biar semua pengguna jalan raya menjadi aman dan nyaman ^^
Mudik di Hari raya sudah menjadi tradisi yang tak terpisahkan dari masyarakat Indonesia. Mungkin hanya di Hari Raya inilah banyak yang benar-benar memperjuangkan untuk libur dan pulang ke kampung halaman. Mereka ingin menjenguk orang tua dan sanak saudara di kampung
halaman. Ah, jadi ingat iklan lebaran salah satu BUMN. Kurang lebih dialognya
seperti ini ...
Ibu : Kenapa kamu memaksakan diri untuk mudik?
Anak
: Saya rindu kepada ibu
Ibu : Rindumu itu adalah oleh-oleh terbaik bagi ibu. Zaman sekarang, banyak orang
tua yang merasa kesepian, justru di saat anaknya sudah menjadi sukses
Yeah,
iklan tersebut ada benarnya. Saat anak mulai dewasa dan mulai menjalani
kehidupannya masing-masing, mereka pergi meninggalkan rumah orang tuanya untuk merantau, mencari kehidupannya sendiri. Sedangkan orang tua tetap tinggal di kampung halaman untuk mendo'akan yang terbaik untuk anaknya. Jadi
intinya ... Jika dengan mudik dapat membuat orang tua bahagia. Maka mudiklah
...!!!
Untuk
sementara ini, mudik bagi saya masih sebatas angan. Entah kalau kedepannya
Alloh menakdirkan saya menjadi salah satu pelaku mudik. Tapi sekarang, saya
hanya pengamat saja. Selamat mudik, ya ^^
Baca juga, ya ...
Wah ternyata ada rasa pengen mudik y mba, saya bersyukur masih ada ortu yang tinggalnya jauh jadi saya bisa merasakan mudik hehhee...
BalasHapusKerasa jg siy klo ga mudik biasanya cuman ke mertua yang rumahnya beda RW doank :)
Wah, Mbak Herva mudik, ya. Pasti seru, nih ^^
HapusAkupun juga nggak mudik Maaak, eyang-eyang sudah dijakarta semua. Walaupun aslinya surabaya, tapi nggak ada saudara juga disana. Jadi ya sama deh kita, mudik masih sebatas angan-angan ajaaa. Hihii. Maaf lahir batin ya mbak Hanaaa :D
BalasHapusWah, kita senasib, Mbak Adriana ^^
HapusAku juga belum pernah merasakan mudik, mbak Hana. Suami jg asal satu daerah denganku, bapak ibu mertua dan orangtuaku juga tinggal di kota yang sama. Kalau pas silaturahmi ke saudara di lain kota, pas lebaran, ya baru deh bisa merasakan macet. Macet lho, bukan mudik hehe
BalasHapusWkwkwk ...
HapusKukira mudiknya :P :P
Mudik itu selalu nganggenin ya mba kalau yang hanya pulang kampung seeringnya pas lebaran. Aku insyaALlah sejauh ini selalu pulang pas lebaran mba. Amin atas doa mba ;)
BalasHapusAsyik ...
HapusMudik kemana, Mbak?
aku malah ga pernah mudik, Mba Hana. Kebagian jagain jakarta tiap lebaran. :D
BalasHapusWah, asyik, dong. Bisa jalan kemana-mana. Mumpung nggak ada macet ^^
HapusMasa kecilku dulu hampir setiap tahun selalu mudik tapi sekarang berhubung sudah balik ke kampung jadi mudiknya antar kecamatan aja, hihi. Semua ada masanya memang mbak, hidup itu sawang sinawang.
BalasHapusAih, benar sekali, Bun ^^
HapusSejak kuliah saya sudah ngerasain suka duka mudik dengan berbagai moda...Ayo Mba merantau biar tau cerita mudik😊
BalasHapusAsyik. Ikutan mudik kamu, ya ^^
HapusSaya juga ga pernah merasakan atmosfer jadi pemudik, mbak. Semoga deh suatu saat dipertemukan dengan jodoh yang bisa ngajak mudik tiap tahunnya. hehehe
BalasHapusAamiin ^^
Hapusketemu ortu itu yang terpenting ya
BalasHapusBener banget, Mbak ^^
HapusSaya juga gak pernah mudik kemana pun, kalau lebaran za di rumah ajah. Hanya bisa melihat dan memperhatikan keruwetan orang orang yang mudik
BalasHapusAlhamdulillah. Bisa nyantai, ya, Mbak ^^
Hapus