Menu

Minggu, 03 Juli 2016

Kapan Ya Saya Mudik?


Google aja ikutan mudik. Lha, kamu kapan?

Akhir-akhir ini Google menghadirkan suasana berbeda di berandanya. Diakhir Ramadhan seperti sekarang ini, suasana yang tak asing mulai terasa. Kegiatan tahunan yang dapat menggerakkan masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke kembali ke kampung halaman masing-masing. Berbagai macam transportasi digunakan. Mulai dari darat, laut, sampai udara. Dari yang roda dua sampai yang tanpa roda.
Sampai hari ini, bagi saya, mudik adalah sesuatu yang berkesan seperti mimpi. Betapa tidak. Seumur-umur, saya belum pernah merasakan yang namanya mudik. Bapak saya kelahiran Solo dan juga tinggal di Solo. Begitu pula ibu saya. Ibu saya lahir dan besar di daerah yang masih eks Karesidenan Surakarta. Rumah nenek dari ibu saya berada di seberang sungai Bengawan Solo. Rumah itu kini ditinggali oleh sana saudara dari ibu. Jika ingin bersilaturahmi, saya tinggal menyeberang sungai Bengawan Solo . Tidak sampai setengah jam, saya sudah sampai di sana.
Saat ini, sepertinya mudik sudah menjadi agenda bersama. Keseruannya membahana seantero jagad raya. Sampai-sampai Google juga terkena demam mudik dengan memasang gambar orang-orang yang sedang mudik. Orang Indonesia yang di luar negeri pun ikutan mudik. Akibatnya, jalanan macet, penumpang kalap bejubel, penumpang pesawat dan kereta harus jauh-jauh hari berebut tiket. Semua demi mudik.
Betapa serunya mudik. Meski saya sendiri tidak terlibat langsung di dalamnya. Ini terlihat dari antusias teman-teman saya yang mulai bongkar celengan buat mudik, berebut tiket transportasi, mulai menghitung mundur tanggal libur lebaran, heboh dengan barang bawaan yang ber-koper-koper ... dan saya?! Saya tetap woles dengan hidup saya. Melihat semangat, kehebohan, dan keribetan mereka dalam mempersiapkan mudik ke kampung halaman, membuat saya salut ^^
Salah satunya adalah ceria adik saya yang tinggal di Bekasi. Sudah sejak jauh hari Adik saya memesan tiket. Berhubung dia adalah ibu rumah tangga yang tidak tergantung dengan jadwal kerja dan juga sedang punya bayi berumur 7 bulan, dia sengaja memesan tiket pada tanggal dimana orang-orang belum pada mudik. Yang menjadi pertimbangan adalah keruwetan selama perjalanan dengan membawa bayi. Bayangkan kalau pulang mudiknya mendekati lebaran. Betapa padat dan ruwetnya. Kasihan si bayi. Alhasil H-14 adik saya sudah pulang kampung. Bawaannya tak tanggung-tanggung. Ada 2 koper besar, 2 tas jinjing, dan 1 tas ransel. Huahaha ... Ini mau mudik apa mau pindahan?! :D :D
Yeah, begitulah. Namanya juga mudik. Yang berarti akan ada perjalanan panjang yang harus dilalui. Banyak barang yang harus dibawa selain pakaian. Bisa jadi gadget dan segala printilannya, perlengkapan kebersihan, obat-obatan terutama bagi yang sudah punya obat rutin yang harus diminum, dompet beserta alat pembayaran yang lain, dan juga makanan sebagai persediaan selama dalam perjalanan.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah keselamatan selama dalam perjalanan. Jangan sampai semangat untuk mudik ke kampung halaman menjadikan lupa akan keselamatan. Jangan lupa mengecek mobil dan motor termasuk perlengkapan keamanan pengendaranya. Jangan juga memaksakan diri saat lelah datang. Bagaimanapun juga, tubuh memiliki haknya untuk beristirahat. Berhentilah sebentar untuk beristirahat. Jangan dipaksakan karena lelah akan membuat pengemudi tidak fokus. kalau dipaksakan, takutnya akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Hal lainnya, adalah menaati peraturan lalu lintas. Biar semua pengguna jalan raya menjadi aman dan nyaman ^^
Mudik di Hari raya sudah menjadi tradisi yang tak terpisahkan dari masyarakat Indonesia. Mungkin hanya di Hari Raya inilah banyak yang benar-benar memperjuangkan untuk libur dan pulang ke kampung halaman. Mereka ingin menjenguk orang tua dan sanak saudara di kampung halaman. Ah, jadi ingat iklan lebaran salah satu BUMN. Kurang lebih dialognya seperti ini ...
Ibu    :   Kenapa kamu memaksakan diri untuk mudik?
Anak :   Saya rindu kepada ibu
Ibu    :   Rindumu itu adalah oleh-oleh terbaik bagi ibu. Zaman sekarang, banyak orang tua yang merasa kesepian, justru di saat anaknya sudah menjadi sukses
Yeah, iklan tersebut ada benarnya. Saat anak mulai dewasa dan mulai menjalani kehidupannya masing-masing, mereka pergi meninggalkan rumah orang tuanya untuk merantau, mencari kehidupannya sendiri. Sedangkan orang tua tetap tinggal di kampung halaman untuk mendo'akan yang terbaik untuk anaknya. Jadi intinya ... Jika dengan mudik dapat membuat orang tua bahagia. Maka mudiklah ...!!!
Untuk sementara ini, mudik bagi saya masih sebatas angan. Entah kalau kedepannya Alloh menakdirkan saya menjadi salah satu pelaku mudik. Tapi sekarang, saya hanya pengamat saja. Selamat mudik, ya ^^




Baca juga, ya ... 

20 komentar:

  1. Wah ternyata ada rasa pengen mudik y mba, saya bersyukur masih ada ortu yang tinggalnya jauh jadi saya bisa merasakan mudik hehhee...
    Kerasa jg siy klo ga mudik biasanya cuman ke mertua yang rumahnya beda RW doank :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, Mbak Herva mudik, ya. Pasti seru, nih ^^

      Hapus
  2. Akupun juga nggak mudik Maaak, eyang-eyang sudah dijakarta semua. Walaupun aslinya surabaya, tapi nggak ada saudara juga disana. Jadi ya sama deh kita, mudik masih sebatas angan-angan ajaaa. Hihii. Maaf lahir batin ya mbak Hanaaa :D

    BalasHapus
  3. Aku juga belum pernah merasakan mudik, mbak Hana. Suami jg asal satu daerah denganku, bapak ibu mertua dan orangtuaku juga tinggal di kota yang sama. Kalau pas silaturahmi ke saudara di lain kota, pas lebaran, ya baru deh bisa merasakan macet. Macet lho, bukan mudik hehe

    BalasHapus
  4. Mudik itu selalu nganggenin ya mba kalau yang hanya pulang kampung seeringnya pas lebaran. Aku insyaALlah sejauh ini selalu pulang pas lebaran mba. Amin atas doa mba ;)

    BalasHapus
  5. aku malah ga pernah mudik, Mba Hana. Kebagian jagain jakarta tiap lebaran. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, asyik, dong. Bisa jalan kemana-mana. Mumpung nggak ada macet ^^

      Hapus
  6. Masa kecilku dulu hampir setiap tahun selalu mudik tapi sekarang berhubung sudah balik ke kampung jadi mudiknya antar kecamatan aja, hihi. Semua ada masanya memang mbak, hidup itu sawang sinawang.

    BalasHapus
  7. Sejak kuliah saya sudah ngerasain suka duka mudik dengan berbagai moda...Ayo Mba merantau biar tau cerita mudik😊

    BalasHapus
  8. Saya juga ga pernah merasakan atmosfer jadi pemudik, mbak. Semoga deh suatu saat dipertemukan dengan jodoh yang bisa ngajak mudik tiap tahunnya. hehehe

    BalasHapus
  9. ketemu ortu itu yang terpenting ya

    BalasHapus
  10. Saya juga gak pernah mudik kemana pun, kalau lebaran za di rumah ajah. Hanya bisa melihat dan memperhatikan keruwetan orang orang yang mudik

    BalasHapus

Terima kasih telah berbagi komentar