Menu

Senin, 01 Agustus 2016

Semarak Halal Bi Halal dan Milad Ke-17 SDIT Nur Hidayah Surakarta



Seperti pada umumnya, salah satu kegiatan yang ramai dilaksanakan setelah Hari Raya Idhul Fitri adalah acara Halal Bi Halal. Demikian pula yang diselenggarakan oleh SDIT Nur Hidayah Surakarta hari Sabtu tanggal 23 Juli lalu.
Bertempat di Taman Balaikambang, SDIT Nur Hidayah Surakarta mengadakan acara Halal Bi Halal sekaligus memperingati Milad ke 17. Dengan mengambil tema Gayup Rukun, Sepi Ing Pamrih Rame Ing Gawe, acara ini melibatkan banyak pihak. Mulai dari komite sekolah, hingga para guru.
Pertama kali datang ke tempat acara, saya merasakan adanya keunikan pada acara ini. Sepertinya panitia memang sengaja membawa aura kearifan budaya lokal ke dalam acara. Dimulai dari sambutan panitia dengan membagikan konsumsi kepada hadirin. Para panitia mengenakan kain broklat sebagai atasan dan juga jarik sebagai bawahan. Itu untuk panitia putri. Sedangkan untuk panitia putra mengenakan batik. Daaan ... tahu nggak sih apa isi konsumsi yang mereka bagikan? Didaftar, ya. Ada nasi kucing, bubur sumsum, kacang dan ketela rebus. Pernah menemukan acara besar dengan hidangan yang demikian?! Kalau saya sih belum. Itu sebabnya saya memasukkan ini sebagai salah satu keunikan dalam acara ini. Berasa seperti di angkringan, ya, hihi ^^
“Hidangannya kembali ke selera Jawa. Oke banget ini.” tanggapan dari salah seorang wali murid.



 Sedikit melangkah lebih dalam, saya bertemu beberapa panitia lain yang menyambut para tamu. Istilah jawanya among tamu. Para panitia ini tidak sendirian, lho. Mereka ditemani para wayang orang yang berjajar menyalami para hadirin. Ada Anoman dan juga Gatut Kaca. Unik, ya. Dan karena keunikannya pula, tidak sedikit dari hadirin yang memanfaatkan untuk berfoto. Termasuk pada saat Punokawan yang terdiri atas Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong menyapa hadirin. Punokawan adalah beberapa karakter yang terkenal dalam pewayangan Indonesia. 
Biasanya pertemuan sekolah diadakan di dalam ruangan, di hall mungkin atau gedung pertemuan. Tapi yang ini berbeda. Acara diadakan di udara terbuka, bahkan tanpa tenda. Hanya ada 2 tempat yang beratap, yaitu pada panggung utama dan juga kursi para undangan. Selebihnya hadirin duduk berkelompok, beralaskan tikar dan beratapkan langit.
Konsep acara adalah seperti pesta kebun. Jika biasanya acara sekolah hanya dihadiri oleh salah satu wali murid, kali ini berbeda. Mungkin bisa disebut piknik keluarga. Bedanya, yang piknik kali ini bukan hanya satu atau dua keluarga saja, namun banyak keluarga. Setiap murid dapat membawa serta seluruh keluarga, bapak, ibu, kakak, adik, bahkan nenek dan kakek. Kehangatan terlihat di antara para wali murid beserta keluarga. Mereka bersama duduk di atas tikar, saling sapa dengan keluarga yang lainnya. Kapan lagi, ya, bisa kumpul ramai-ramai seperti ini. Biasanya semua sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.
Taman Balaikambang memang terkenal dengan suasana alamnya. Di sana banyak pohon besar nan rindang, yang membuat hadirin betah berlama-lama. Belum lagi beberapa hewan yang dibiarkan bebas ke sana kemari. Tapi tentu saja hewan-hewan tersebut bukan hewan buas, ya. Ada rusa, angsa, kalkun, dll.  



Tidak hanya menikmati suasana tempat yang nyaman, para hadirin juga disuguhi penampilan para murid. Di acara Halal Bi Halal sekaligus memperingati Milad ke -17 SDIT Nur Hidayah ini, setiap kelas telah memiliki konsep pertunjukannya masing-masing. Tetap dengan tema kearifan lokal, setiap kelas akan menampilakan pertunjukan tarian dan juga nyanyian. Beberapa tembang dolanan mengiringi pertunjukan tari dan menyanyi mereka.
Pertunjukan tarian dan nyanyian oleh para murid di awali oleh kelas satu dan dua. Kelas satu membawakan tembang Menthok Menthok. Sedangkan untuk kelas dua membawakan tembang Ojo Rame-rame. Sayangnya, saya tidak dapat menceritakan lebih jauh jalannya pertunjukan mereka dikarenakan keterlambatan saya. Saya mendapat undangan meliput acara ini pukul setengah sembilan. Tapi ternyata, acaranya sendiri dimulai pukul setengah delapan. Haduuhh ... (^_^’)
Untungnya saya masih dapat kesempatan untuk melihat pertunjukan kelas-kelas yang lain. Kelas yang melakukan pertunjukan menari dan menyanyi setelah beberapa sambutan-sambutan adalah kelas 3. Siswa siswi kelas 3 melakukan pertunjukan dengan iringan tembang Gundul Gundul Pacul. Para siswa menggunakan atribut sarung yang diselempangkan, sedangkan para siswinya menggunakan selendang yang dilingkarkan di leher. Meskipun mereka tampil dalam barisan yang kurang rapi dan terkesan sedikit berantakan (maklum ya anak-anak kecil, maunya suka-suka deh), namun hal tersebut tidak mengurangi kekompakan mereka dalam menari.
Pertunjukan berikutnya adalah dari siswa siswi kelas 4. Kali ini, Kelas 4 melakukan pertunjukan tari dengan diiringi tembang Suwe Ora Jamu. Dalam pertunjukan ini para siswa menggunakan ikat kepala dengan corak bendera merah dan putih. Sedangkan para siswi menggunakan caping kecil yang mereka buat sendiri. Menurut saya pertunjukan menari kelas 4 ini lebih rapi dari pada kelas yang lain, terutama dalam hal berbaris, dan juga terlihat lebih kompak dalam hal gerakan. 



Pertunjukan berikutnya adalah kelas 5 dengan diiringi tembang Lir Ilir. Para siswa dan siswi kelas 4 menggenakan sarung sebagai kostum serta hiasan pita berwarna oranye. Bedanya, bagi yang putri, pita diikatkan di bagian kepala dan juga dibuat rumbai-rumbai yang dikenakan di pergelangan tangan. Sedangkan bagi yang putra, pita diselempangkan. Mereka juga tidak mau kalah dengan penampilan adik kelas, lho. 
Pertunjukan terakhir adalah kelas 6 dengan tembang Perahu Layar. Ini adalah pertunjukan paling semarak diantara kelas–kelas yang lain. Bahkan mereka harus tampil sebanyak dua kali atas permintaan pembawa acara, lho. Mungkin karena lagu yang dibawakan juga beraroma rancak sehingga suasana dan penonton pun juga terbawa gembira.
Ternyata dalam acara yang juga dihadiri oleh Walikota Solo, Bapak FX Hadi Rudiyatmo, tidak hanya menampilkan pertunjukan oleh siswa siswi SDIT Nur Hidayah saja. Yang sudah berstatus sebagai alumni pun juga tidak mau ketinggalan. Salah seorang alumni bernama Fian yang kini kuliah di ISI Surakarta, menampilkan sebuah pertunjukan wayang berjudul Sowan Eyang Abiyaksa. Penampilannya di depan bapak walikota Surakarta ini memukau penonton terutama para bapak yang duduk di barisan kursi undangan di depan panggung utama. 


Pada ulang tahunnya yang ke 17 ini banyak harapan yang tersemat untuk SDIT Nur Hidayah kedepannya. Terutama yang berhubungan dengan dunia pendidikan, yaitu mewujudkan pendidikan yang bermutu. Tentu ini tidak akan dapat terwujud tanpa adanya kekompakan dan kerjasama dari beberapa pihak. Baik sekolah, guru, komite, maupun walimurid.
 O iya. Ini bukan akhir acara dari acara peringatan MIlad SDIT Nur Hiadayah, ya. Justru ini awalnya. Karena akan ada banyak kegiatan yang diselenggarakan setelah ini. Diantaranya kegiatan bakti sosial, dan juga jalan sehat.

- Hana Aina -



Baca juga, ya ...

2 komentar:

  1. Yes akhirnya liputan yang Utitunggu hadir juga.. keren Mba Hana, semua anggota kel besar SDIT Nur Hidayah..berpartisipasi di acara akbar ini.

    BalasHapus

Terima kasih telah berbagi komentar