Ada
sesuatu yang seru beberapa waktu terakhir. Ada beberapa blogger yang mengadakan
jawilan blogger. Jadi, beberapa blogger akan memberikan tantangan kepada
blogger lain dalam bentuk pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut harus
dijawab. Tentu saja, semua dituangkan dalam bentuk tulisan. Ini semacam menulis
santai, melepas ketegangan sekaligus bernostalgia.
Kebetulan
saya mendapat jawilan dari blogger kawakan, Mbak Ety Abdoel. Setelah Mbak Ety
menyelesaikan tantangan dari blogger lain, giliran dia yang menantang blogger
lain. Salah satunya saya. Aih, baiklah. Kita lihat, apakah saya masih dapat
mengingat kembali, bernostalgia dengan waktu yang telah berlalu?
1.
Siapa
sih guru SD yang pertama kali teringat dan kenangan asyik bersama beliau?
Saya belajar di sekolah dasar swasta.
Mayoritas murid di sekolah tersebut adalah anak keturunan Timur Tengah dan Asia
Selatan. Semua teman saya adalah perempuan. Yeah, sekolah saya memang khusus
untuk anak perempuan saja. Guru yang mengajar di sana juga kebanyakan adalah
perempuan. Saya hanya punya 2 guru lelaki. Selebihnya adalah perempuan.
Jika mengenang para guru di sekolah dasar, ada
satu guru yang berkesan untuk saya. Etapi bukan berarti guru saya yang lain
tidak, ya. Hanya saja beliau memberi kenangan tak terlupakan. Namanya adalah Bu
Didik. Saya lupa nama panjang beliau, hehe (^_^!) #MuridDurhaka.
Bu Didik berpostur tubuh mungil. Beliau
mengajar mata pelajaran kerajinan dan ketrampilan atau yang biasa disebut PKK. Ini
adalah salah satu mata pelajaran yang saya suka, selain IPA dan Matematika.
Pelajaran ini membuat saya dapat meng-ekplore kemampuan dan imajinasi akan seni
ketrampilan. Seperti membuat tempat pensil dari barang bekas, membuat wayang,
bahkan rangkaian bunga.
Dari pelajaran PKK pulalah saya mulai menyukai
jahit menjahit dan menyulam. Saya membuat sendiri sarung bantal, taplak meja,
rok, dll, dengan jahitan tangan. Saya belajar nge-sum, memasang resliting dan
membuat itik untuk kancing secara otodidak hanya dengan mengamati. Saya juga
belajar memakai pemidangan (lingkaran untuk mengunci kain agar kencang saat
disulam), memilih degradasi warna pada benang, dan juga berbagai macam jenis
tusukan.
Etapi itu dulu. Sekarang saya tidak seaktif
itu. Saya hanya sesekali menjahit, membuat ketrampilan, dan juga menyulam. Itupun
kalau saya sedang ingin membuat sesuatu. Karena jarang dipraktekkan lagi,
beberapa ilmu itu mulai kabur dari ingatan. Sayang sekali, ya. Hehe
Yeah, beginilah kalau ilmu jarang
dipraktekkan. Sekarang saya sudah sibuk dengan yang lain. Tapi sesekali saya masih ingin
melakoni hobi lama itu. Dan saya berterimakasih kepada Bu Didik yang telah
memperkenalkan ketrampilan sebagai pelajaran yang mengasyikan ^^
2.
Teman
SMP yang pertama kali teringat dan cerita asyik dengannya?
Teman
sebangku saya saat SMP ini memiliki nama yang panjang. Tapi saya lebih suka
memanggilnya Alfa, agar lebih mudah untuk mengingatnya. Tanya kenapa? Karena
Alfa merujuk salah satu simbol dalam matematika dan fisika: Alpha, Gamma, Beta,
dan Tetra. Hehe ... #DikeplakAlfa
Alfa
adalah cewek yang baik hati, lebut, dan keibuan. Rumahnya terbilang jauh jika
diukur dari sekolah. Apalagi kalau diukur dari rumah saya, jauh banget. Setiap
hari Alfa berangkat dan pulang sekolah naik bus. Dia naik bus rombongan dengan
anak-anak lain yang tinggal berdekatan dengan wilayah rumahnya.
Kebetulan
sekolah SMP saya libur di hari Jum’at, bukan Minggu. Saat libur, terkadang saya
bermain ke rumah Alfa. Tidak seperti Alfa, saya tidak terbiasa naik kendaraan
umum saat itu. Kemana-mana saya selalu naik sepeda mini berwarna hijau dengan
keranjang berwarna putih. Lumayan juga bersepeda dari rumah saya hingga rumah
Alfa, kurang lebih satu jam perjalanan.
Saya
senang bermain ke rumah Alfa, rumahnya mungil tapi asri. Yang paling saya suka,
rumahnya bersebelahan dengan rel kereta api. Entah kenapa, saya merasa senang
saat kereta lewat. Saya selalu berlari ke jendela untuk melihat. Saat kereta
lewat, lantai kamar Alfa bergetar. Dan saya selalu bertanya, “kok bisa, sih?”,
haha (^_^!) #NorakBangetSayaTernyata
Ibu
Alfa adalah ibu rumah tangga. Dia baik dan ramah. Hubungan Alfa dengan ibunya sangatlah dekat. Terkadang ini membuat saya iri. Mereka terlihat seperti teman
(T_T)
Tulisan
tangan Alfa bagus dan rapi. Beda sekali dengan tulisan tangan saya, hehe. Dari
Alfa, saya belajar menulis dengan rapi. Saya sering meminjam buku catatannya,
lalu memperhatikan setiap huruf yang ditulisnya. Saya juga sering mengamati
bagaimana cara Alfa menulis hingga menghasilkan goresan huruf yang bagus.
Seperti
kebanyakan remaja yang sedang bertumbuh, saya dan Alfa saling terbuka satu sama
lain. Meski kepribadian kami saling bertolak belakang. Alfa sosok yang ceria,
mudah bergaul, dan selalu memperhatikan sekitar. Sedang saya lebih pendiam
(percaya?!), dan kalau sudah asyik dengan sesuatu saya akan fokus. Hal itu
tidak menghalangi kami untuk bersahabat, saling share hal-hal pribadi. Termasuk
saat ada kakak kelas yang naksir saya #Uhuk, tapi tidak saya respon. Alfa
ngomel, seperti seorang ibu yang sedang menasehati anaknya, haha :D :D
3. Apa
kuliner di luar kotamu yang pertama kali diingat, di mana lokasinya dan apa
istimewanya?
Saya
tinggal di kota Solo. Kalau ngomongin kuliner kota Solo, banyak banget. Ada
tengkleng, nasi liwet, cabuk rambak, dll. Tapi kalau saya ditanya kuliner kota
lain yang pertama saya ingat adalah Nasi Campur Bali.
Pertama kali saya mengenal Nasi Campur Bali saat menghadiri acara sebuah
komunitas blogger di Solo. Kebetulan saat itu sedang diadakan beauty class di
sebuah tempat bernama Marocco Lounge. Marocco Lounge sendiri adalah salah satu
tempat kumpul di Solo. Semacam restoran gitu. Keunikan dari tempat ini adalah
desain interiornya yang dibuat ala Timur Tengah.
Nasi
Campur Bali adalah nasi putih yang disajikan dengan beberapa lauk. Ada sayur
trancam, daging sapi yang dibuat sate lilit, suwiran ayam yang dimasak pedas,
lalapan mentimun dan daun kemangi, dan juga emping. Yang paling suka dari
semuanya adalah sayur trancam-nya. Selain karena saya penikmat sayuran, bumbu
yang digunakan terasa cocok di lidah saya. Itu sebabnya saya suka.
4.
Kapan
terakhir kali baca koran edisi cetak? Apa namanya dan dimana bacanya?
Wah,
kapan, ya. Saya bahkan tidak ingat. Sepertinya sudah lama saya tidak membaca
koran edisi cetak. Saya tidak berlangganan koran, pun orang-orang di sekitar
saya. Itu sebabnya saya jarang baca koran cetak.
Kalau
pun saya membaca koran cetak, biasanya saya menemukannya di tempat kerja
tergeletak begitu saja. Mungkin koran itu milik rekan kerja saya yang
tertinggal. Atau kalau tidak, saat saya menunggu di sebuah tempat umum, seperti
menunggu di antrian periksa dokter, biasanya disitu disediakan koran. Untuk
membunuh jenuh, saya membaca koran.
Karena
saya tinggal di kota Solo, koran yang biasa saya temui dan pinjam untuk dibaca
adalah Harian Solopos. Di Harian Solopos ini, berbagai macam peristiwa di
daerah Solo dan sekitarnya diangkat di sini. Selain itu juga ada berbagai
liputan acara yang diselenggarakan di Solo Raya. Dan yang tidak ketinggalan
adalah kiriman tulisan dari para pembaca Harian Solopos. Salah satunya adalah
rublik Jon Koplo.
Rublik
Jon Koplo berisikan cerita sehari-hari. Ada 3 tokoh yang berperan di sini; Jon
Koplo, Lady Cempuk, dan juga Tom Gembus. Kisah-kisah di rublik ini berdasarkan
pengalaman nyata baik dari penulisnya sendiri ataupun orang lain. Biasanya
kisahnya yang tergolong jenaka. Dan ini sangat menghibur pembaca.
5. Jika
sempat meletakkan gadget dan melihat sekeliling di tempat umum, apakah kamu
melihat keberagaman (manusia) yang ada? Apapun jawabannya, maka apakah yang ada
di benakmu melihat ini?
Ya.
Ada saat saya berada di tempat umum, sesekali saya melihat ke gadget hanya
untuk mengecek kalau-kalau ada pesan penting masuk. Namun jika tidak, saya
masukkan kembali gadget ke dalam tas.
Biasanya
ada 2 hal yang saya lakukan setelahnya. Membaca buku, atau hanya diam. Tapi
diam di sini bukan berarti tidak melakukan apa-apa. Saya lebih mencoba
menikmati lingkungan di sekitar saya. Baik itu suasana-nya maupun manusia-nya.
Bagi
saya, setiap manusia terlahir unik. Baik unik secara fisik, sikap, maupun
pemikiran. Dan diantara ketiganya, saya lebih tertarik untuk memperhatikan
sikap orang-orang di sekitar saya.
Sebagai
contoh, saat berbelanja di supermarket, ada saja orang yang tidak mau bersabar
dan tertib. Maunya cepat dan main serobot. Jika sudah demikian, tentu akan
mengganggu kenyamanan yang lain. Nah, ada juga sebaliknya. Saat antrian
panjang, ada anak-anak yang asrama yang harus segera kembali ke mess. Namun
antrian masih panjang dan mereka hampir terlambat. Atas kebaikan pembeli yang
lain, mereka mengikhlaskan antriannya dilewati. Mereka mempersilahkan anak-anak
asrama tadi untuk membayar di kasir terlebih dahulu.
Contoh
yang lain, saat antri mengambil obat, saya mendengar seorang pasien yang hampir
saja berdebat dengan petugas kesehatan. Petugas yang saat itu sedang
menerangkan penggunaan obat yang diminum hanya 1x sehari, dibantah oleh pasien.
Pasien merasa bahwa obat tidak akan manjur kalau hanya diminum 1x sehari.
Padahal dosis dari obat tersebut memang demikian. Namun pasien tetap ngeyel dan
akan tetap meminum obat tersebut 3x sehari.
Ada
lagi, nih. Saat saya sedang menunggu seorang teman di sebuah halte dekat
perempatan, di saat lampu berwarna kuning, ada saja orang yang tidak sabar dan
membunyikan klakson dengan bertubi-tubi. Padahal lampu masih kuning, belum
hijau. Hadeehh ... Namun di sisi lain, ada juga pengendara yang rela menurunkan
kecepatan untuk memberi kesempatan penyeberang jalan lewat. Padahal, bisa saja
dia membunyikan klaksonnya untuk mengisyaratkan kalau dia ingin lewat duluan.
6.
Apakah
angkutan umum terakhir yang kamu naiki? Asik nggak sih perjalananmu?
Dahulu,
saat saya masih kuliah, angkutan umum adalah satu-satunya pilihan bagi saya
saat ingin pergi kemana-mana. Maklum, saat itu saya belum memiliki sepeda
motor. Jadi, kemana-mana naik angkutan umum.
Angkutan
umum yang biasa saya naiki saat itu adalah bus dan angkot. Sampai sampai saya
hafal betul nama, nomer, dan jalur-nya. Maklum, karena seringnya naik angkutan
umum, sampai-sampai saya hafal dengan sendirinya. Menurut saya, itu penting.
Bayangkan kalau Anda harus naik angkutan umum namun tidak mengetahui jalurnya.
Bisa tersesat, kan? ^^
Sekarang
ini, saya termasuk jarang naik angkutan umum. Ini terjadi semenjak saya
memiliki sepeda motor. Sampai sekarang, kemana-mana saya naik motor. Saya
memanggilnya blacky, karena warnanya hitam. Si Blacky adalah soulmate saya
sekarang. Kemana-mana selalu berdua, haha :D :D
Etapi,
pernah sesekali saya meninggalkan blacky dan naik angkutan umum. Ini biasanya
terjadi saat saya harus pergi ke tempat yang jauh. Blacky saya tinggal di
rumah, kalau tidak saya tinggal di tempat parkir lalu saya ganti dengan transportasi
lainnya.
Angkutan
umum yang terakhir saya naiki adalah taksi. Mengasyikkan? Sangat tidak
mengasyikkan. Bukan karena taksinya yang tidak asyik. Tapi memang situasinya
yang tidak menyenangkan.
Jadi
ceritanya, saat itu saya menghadiri sebuah acaar di Jogjakarta. Saya berangkat
naik kereta pukul 10 pagi dan berencana pulang pukul 4 sore. Saat itu PT. KAI
tidak memperbolehkan penumpang membali tiket bolak balik secara langsung untuk
kereta Pramek jurusan Solo-Jogja maupun sebaliknya. Jadi beli tiketnya saat
akan berangkat saja. Sayangnya, saya yang saat itu pergi bersama Mbak Ety,
tidak mengetahui kalau tiket mulai dijual beberapa jam sebelum keberangkatan.
Sedangkan kami selesai acara tepat beberapa menit sebelum keberangkatan.
Alhasil, kami kehabisan tiket (T_T)
Kalau
masih menginginkan naik kereta, kemungkinan kami baru dapat tiket untuk
keberangkatan Jogja-Solo pukul 7 malam. Serius?! Iyes, dan itu berarti saya
akan tiba di Solo 1,5 jam kemudian. Huaa ... Malam sekali (-_-!).
Akhirnya,
Mbak Ety memberi solusi untuk naik bus. Untung saja, hanya beberapa menit
setelahnya, kami berhasil mendapatkan bus untuk pulang. Kami naik bus antar
propinsi. Sayangnya bus tersebut tidak bisa mengantarkan saya sampai stasiun. Si
Blacky saya tinggal di stasiun. Jadi, mau tidak mau, saya harus kembali ke
stasiun lagi.
Setelah
sampai di Solo, saya turun dari bus di pertigaan Waroka. Dari sana saya beralih
ke angkutan umum taksi. Di satu sisi, saya bersyukur karena saya sudah bisa
sampai Solo dangan selamat dan masih ada taksi yang mengantarkan saya sampai
stasiun. Namun di sisi lain, saya harus membayar 30K untuk sebuah perjalanan
yang ditempuh kurang dari 5 menit naik taksi. Huaaa ...Mahaaalll ...!!!
(>_<)
7.
Apakah
pagi ini sempat melihat matahari terbit? Kenapa?
Alhamdulillah, saya masih diberi kesempatan
melihat kembali matahari terbit. Pagi ini saya keluar rumah untuk jogging.
Kebetulan jalur yang biasa saya lalui, melewati sebuah jembatan. Sungai di
bawah jembatan memanjang dari barat ke timur. Jadi, ketika saya berdiri di
jembatan dan melihat ke timur, saya dapat melihat matahari terbit.
Sayangnya pagi ini matahari tidak nampak
penuh. Sinarnya sampai ke bumi namun wujudnya tidak terlihat bulat penuh. Dia
bersembunyi di balik awan mendung yang menggelayut tipis di langit.
Ada kala, saat langit cerah dan tanpa awan,
matahari terbit akan nampak bulat penuh dan berukuran besar. Warnanya kemarahan
hingga oranye. Semakin naik akan semakin warnanya akan semakin menguning.
Nah,
lumayan asyik jawilan blogger ini. Selain bisa menulis bebas, ini juga mengajak
saya bernostalgia pada beberapa orang maupun peristiwa yang pernah saya alami. Terimakasih kepada Mbak Ety yang sudah njawil saya. Next time kalau ada
lagi, boleh kok saya dijawil lagi, haha :D :D
- Hana Aina -
Baca juga, ya ...
pertanyaan-pertanyaan dari Jawilan blogger ini Kreatif banget ya Mbak. Menyenangkan membacanya. Saya jadi ikut memikirkan teman pertama saya di SMP dulu. Untung banyak cerita dengannya jadi langsung teringat :)
BalasHapusWah, ikutan bernostalgia, ya ^^
HapusSeruuu mb hana
BalasHapusMau dijawil? ^^
HapusJawilan yang seru dan bermanfaat nih
BalasHapusYeee ^^
HapusWah bikin kembali ke cerita cerita seru masa lalu
BalasHapusIyes :D :D
HapusWaah..seneng ada guru ketrampilan menjahit..
BalasHapusDlu jaman SMP g ada jahit menjahit..yg ada malah pertukangan..yeaah..jd bs buat meja n kursi saya ini.. :D
Wah, keren itu :D :D
Hapusseru banget tantangannya. pengen ikutan dong, hehe. Adanya jawilan blogger gini, menurut aku bisa ngebantu kalau tengah menghadapi writer's block. :)
BalasHapusHaha ...
HapusIya, Mbak. Lumayan refreshing ini ^^
Hiks, kalau aku yang dapat jawilan, dua pertanyaan pertama aku enggak bisa jawab namanya. Aku payah banget kalau berhubungan dengan mengingat nama T_T.
BalasHapusCoba diingat lagi, Mbak. Mungkin ada foto kenangan ^^
HapusMba Hana rajin jogging ya? gooodd..
BalasHapusbetewe, Jon Koplo emang selalu bikin penasaran yaa.. tulisan lucu apalagi yg akan kita baca hari ini, hehe.. dan yang paling penting, siapa penulisnya? saya kah? hehehe..
Uhuk ...
HapusKalau saya sih yang penting saya kenal penulisnya, haha :P :P
haha. pertanyaan nomor 4. bingung jg ya. kapan ya. kebanyakan baca blog sih
BalasHapusNah, itu dia :D :D
HapusPas banget nih denganku yang nomor 7. Apakah pagi ini sempat melihat matahari terbit? Kenapa? Kebetulan, pagi ini saya harus mengantar anak-anak ke sekolah karena pak suami lagi tugas di luar daerah. Seru karena berjalan kaki dan pulangnya berlumuran peluh. But, i love it....
BalasHapusSehat ya, Mbak ^^
Hapuswah kalau aku sih yang paling kuinget guru yang paling baik, ganteng, n lucu. postingannya kece mb
BalasHapusWaahhh ... Lha itu :D :D
HapusIya i..mbak hana ingatannya kuat.. Klo aku ditanyain pertanyaan serupa, jangan-jangan mayoritas jawabanku adalah.. Lupa..:-)
BalasHapusHaha ...
HapusHaduh, Mbak ^^
Pertanyaannya umum tapi mungkin hampir gak terpikirkan untuk dibuat postingan. Menarik sekali, suka
BalasHapusTerimakasih ^^
HapusWeee, kalo gini saya jadi ingat jaman masih sekolah di madrasah ibtidaiyah :)
BalasHapusKalo kuliner di luar kota yang langsung saya ingat adalah lontong balap yang ada di Surabaya.
Berasa nostalgia, ya :D :D
HapusWah, langsung ikutan mikir jawabannya.
BalasHapusBenar banget nih, menuliskankan kembali perjalanan usia dan mengapresiasinya itu bisa sebagai self healing juga ya.
Good job.
Ayo ikutan, Mbak ^^
Hapus