Wah,
ternyata waktu cepat berlalu, ya. Perasaan baru kemarin tanggal 1 Januari. Eh,
sudah tanggal 1 Januari lagi. Aduh duh ... Benar kata orang bijak. Waktu
laksana pedang. Kalau kita tidak memanfaatkan dengan baik, maka kita akan rugi.
Dan yang pasti, waktu yang telah berlalu tidak dapat kembali lagi.
Ibarat
kata, kalau kita tidak menghiraukan waktu selama 1 tahun saja, itu berarti kita
telah menyia-nyiakan 31.536.000 detik. Bayangkan! Apa saja yang bisa kita lakukan
dengan waktu sebanyak itu. Banyak sekali yang pasti. Belum juga peristiwa yang
terjadi dalam kurun waktu itu. Baik suka maupun duka. Tentu akan banyak
membekas di ingatan kita.
Saat
tahun baru seperti ini, hampir di semua tempat ramai. Di jalan-jalan, di mall,
bahkan di sosial media pun ramai. Bukan hanya ramai oleh netizen yang saling
mengucapkan selamat tahun baru, tapi juga resolusi tahun baru.
Selamat
datang tahun 2019. Apa kabar resolusi tahun 2018?
Sejauh
yang saya tahu, resolusi bisa diartikan pernyataan tertulis. Jadi memang harus
ditulis, ya. Biar kita selalu ingat apa yang menjadi target hidup kita dalam
kurun waktu satu tahun itu. Akan lebih baik lagi jika kita memberitahukan
resolusi tersebut ke orang-orang terdekat. Bukan karena niatan pamer, lho. Tapi
dengan mereka mengetahui resolusi tahun baru kita di tahun ini, bisa jadi
mereka akan membantu kita mewujudkannya. Memang secara tidak langsung sih,
karena kitalah pelaku utamanya. Paling tidak mereka bisa memotivasi kita. Atau
bahkan mengingatkan kita jika keluar jalur.
Rata-rata
yang ditulis sebagai resolusi tentang hal yang baik-baik, seputar motivasi dan
perbaikan diri. Misal, tahun ini saya ingin menjalani hidup yang lebih sehat,
atau juga ingin menghabiskan stok bacaan di almari buku. Lalu, kenapa harus
tahun baru?
Sebagian
orang menganggap tahun baru adalah waktu yang tepat untuk memperbaiki segala
sesuatunya, memulai sebuah perbaikan. Apalagi kalau rame-rame. Anda, orang
terdekat, dan teman-teman, masing-masing memiliki keinginan yang ingin dicapai
tahun ini . Etapi sebenarnya nggak harus saat tahun baru juga sih. Kalau memang
niat mau perbaiki diri, bisa kapan saja. Tidak harus menunggu tahun baru, hehe
Seberapa
penting membuat resolusi tahun baru?
Bagi
saya pribadi, membuat resolusi tahun baru adalah penting. Bukan hanya sekedar
daftar mimpi yang tak pernah mati. Meski dalam perjalananya, untuk mewujudkan
semua itu tak semudah membalikkan telapak tangan. Harus ada usaha
berdarah-darah dan juga air mata. Tapi tetap saja, resolusi tahun baru selalu
saya buat setiap tahunnya. Karena bagi saya resolusi tahun baru adalah ...
Bentuk usaha memperbaiki diri.
Selalu ada evaluasi dari resolusi tahun baru sebelumnya di setiap akhir tahun,
atau paling tidak saat membuat resolusi tahun baru untuk tahun berikutnya.
Hal-hal yang belum tercapai di tahun lalu bisa dimasukkan kembali di resolusi
tahun baru ini.
Arahan tujuan selama satu tahun
ke depan. Dengan membuat resolusi di awal tahu, saya punya
pegangan apa saja yang ingin saya capai. Bukan hanya itu, resolusi akan jadi
semacam pemandu untuk hal-hal yang ingin saya capai. Saya jadi tahu apa saja
yang harus saya lakukan untuk mewujudkan resolusi tersebut.
Motivasi hidup.
Kebayang nggak sih hidup tanpa adanya motivasi. Kek nya hidup masa bodoh dengan
apa yang terjadi. Dan yang paling nggak banget, hidup tanpa motivasi itu sepeti
tak punya keinginan untuk menjadi manusia yang lebih baik. Dengan adanya
resolusi sebagai target pencapaian, saya termotivasi untuk menjadi manusia yang
lebih baik. Dengan adanya motivasi dalam hidup, saya seperti memeliki energi
dan semangat untuk menjalani hari. Betul nggak, sih?
Self Reminder.
Resolusi adalah pengingat, bahwa saya masih punya cita-cita yang harus diwujudkan
dalam satu tahun itu. Setahun itu bukan waktu yang seingkat lho, Gaes. Butuh
napas panjang. Kalau nggak bisa putus di tengah jalan, hihi ... Karenanya,
resolusi harus ditulis. Jadi bisa dibaca kapan saja. Terutama di saat-saat saya
malas atau lagi nggak mood. Resolusi bisa menjadi pengingat yang kemudian
membangkitkan semangat.
Evaluasi diri.
Dengan membuat resolusi otomatis saya mengevaluasi diri saya. Apa sih yang
kurang. Apa sih yang harus diperbaiki. Semua itu saya lakukan dalam rangka
perbaikan. Seperti kata pepatah, orang yang hari ini sama dengan hari kemarin
adalah orang yang merugi. Apalagi kalau sampai hari ini lebih buruk dari
kemarin. Duh, nggak kebayang, deh.
Resolusi
Gagal Terpenuhi? Coba Cek Berikut Ini!
Meski
bukan patokan akan keberhasilan, namun nyatanya banyak lho orang yang menyusun
resolusi tahun baru. Meski tidak sedikit pula yang gagal mewujudkannya. Haha ... Saya
pribadi nggak mulus mulus amat kok saat menjalankan resolusi. Ada yang tercapai. Ada juga yang
tidak. Lantas, apakah kalau gagal lalu saya mencoretnya dari daftar resolusi?
Oh, tidak! Resolusi yang gagal akan saya masukkan ke dalam daftar resolusi
tahun berikutnya. Dan sejauh pengamatan dan juga pengalaman, saya membuat
catatan kecil mengapa saya bisa gagal meraihnya.
Kurang spesifik.
Misal nih, salah satu resolusi saya adalah menurunkan berat badan. Dan saya
hanya menulisnya demikian tanpa ada target nyata berapa kilogram berat badan
yang ingin saya turunkan. Ini tentu kurang spesifik dan menjadikan saya kurang
fokus. Satu atau dua kilo dalam setahun bisa juga dihitung sebagai penurunan
berat, lho, haha ... Karenanya, resolusi harus spesifik. Saya ingin menurunkan
berat badan 10 kilo, misalnya. Dengan begini kan jadi lebih fokus. Minimal 10
kilo. Lebih, juga boleh, hehe
Target melebihi kemampuan.
Jangan paksakan memiliki target melebihi kemampuan. Bisa ngos-ngosan nanti.
Kemampuan saya mengangkat beban 10 kilo, saya paksakan diri mengangkat beban 15
kilo. Wah, bisa bisa nggak keangkat itu beban. Dan besar kemungkinan akan
gagal. Tuhan saja memberikan ujian dan cobaan sesuai kemampuan hambanya. Ya
nggak, sih?
Terlalu berlebihan.
Membuat resolusi itu baik, tapi nggak perlu berlebihan. Semisal, tahun ini saya
ingin liburan ke ... Pluto. Haha ... Untuk mencapai puncak gunung tertinggi pun
seorang pendaki harus melewati beberapa pos. So, nggak perlu langsung ke tujuan
utama kalau memang itu berat (yang penting kamu kuat #eh), tapi bisa
menargetkan dulu poin poin ringan yang lebih mudah diraih, yang akan membawa ke
target utama.
Kebanyakan resolusi.
Kebanyakan resolusi juga sebagai penyebab gagalnya tercapai resolusi. Fokus
jadi ambyar. Tetapkan beberapa hal saja sebagai resolusi tahun ini. Yang lain
disimpan dulu untuk tahun berikutnya. Nggak harus dikeluarga tahun ini juga.
Pilih mana yang penting, laksanakan!
Tidak ditulis.
Ini nih yang seringnya terlupa. Resolusi hanya di pikiran. Mungkin juga hanya
dibatin dalam hati. Alhasil apa yang diresolusikan jadi terlupakan, feeling nya
pun hilang. Karenanya, tulis resolusi! Kalau perlu buat seperti poster, lalu
tempel di tempat yang mudah dilihat. Setiap saat daftar resolusi itu dapat
dilihat. Kalau perlu orang lain pun bisa membacanya sehingga dapat membantu
mengingatkan. Asyikkan kalau ada yang mendukung ^^
Kurang serius.
Karena membuat resolusi ini sifatnya kesadaran dan sika rela, tak jarang
pelakunya pun bersikap suka-suka. Memang sih tidak ada yang memaksa atau
memberi hukuman kalau resolusi itu tidak terwujud. Inipulalah yang membuat
sebagian orang tersebut terkesan menyepelekan. Kalau sudah begini, menyusun
hanya jadi semacam tren. Ikutan ikutan saja. Ish ish ish ...
Suka menunda-nunda.
Resolusi memang dibuat tahunan. Lama juga, kan. Ini yang menjadi alasan untuk
menunda-nunda. Ah, mulainya besok aja deh. Itu awalnya. Kemudian ditunda lagi
menjadi besoknya, lalu besoknya lagi hingga akhirnya lupa. Duh, emang ya, suka
menunda-nunda ini kek penyakit. Tugas yang ditunda tetiba numpuk, atau bahkan
lupa. Begitu mendekati deadline, jadi kelabakan. Haha ... Keknya saya pengalaman
banget ini. Berasa curhat, wkwkwk
Menggebu di awal.
Masih nyambung sama sikap menunda-nundan di atas. Resolusi yang awalnya sangat
memotivasi, menggebu-gebu di awal, tetiba feelingnya hilang. Salah satu
penyebabnya, ya karena tidak segera dilaksanakan. Bukankah lebih baik mulai
melaksanakan resolusinya saat itu juga. Saat masih semangat-semangatnya, kan.
Jangan tunggu nanti. Keburu males menyerang, lalu ogah-ogahan, hehe
Kurang disiplin.
Disiplin itu memang berat, tapi lagi lagi, kamu harus kuat. Kalau mau berhasil,
memang harus disiplin dalam membangun konsistensi. Konsisten untuk terus melangkah,
meski step by step, ke arah tujuan. Jalan memang tak selamanya mulus. Ada saja
halangan dan rintangan. Tapi itu bukan alasan untuk menyerah. Harus tetap
semangat. Salah satunya ya lewat disiplin. Yakinlah. Hasil tak akan
mengkhianati usaha. Betul?!
Bukan dari hati.
Kalau ini sih dari awalnya niatnya sudah menyimpang. Hanya sekedar ikut-ikutan
tren, biar dibilang trendi, hihi. Jangan begitu, dong. Menulis resolusi itu harus
dari hati agar lebih tahu dan kenal, pinginnya apa dan gimana. Dengan begitu
akan lebih mudah memetakan langkah. Dan semangatnya itu, lho ... beda! Antara keinginan
dari hati dibanding dengan sekedar ikut biar trendi, haha
Nah,
ternyata membuat resolusi itu memang gampang-gampang susah, ya. Apalagi usaha
mewujudkannya. Etapi banyakan gampangnya kok dari pada susahnya. Asalkan
niatnya benar, semangatnya nggak kendor, dan pantang menyerah pastinya. Selamat
mewujudkan resolusi tahun ini!
~ Hana Aina ~
Baca juga, ya ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berbagi komentar