“Kamu
Blogger, ya?”
Begitulah
kira-kira kalimat yang keluar dari mulut teman-teman saya saat reuni. Yeah, sepertinya
teman-teman saya lebih mengenal saya sebagai blogger dari pada profesi saya di
dunia kerja, apoteker. Haha ... Saya sih tak masalah. Sah sah saja. Toh saya
memang berkecimpung di keduanya. Baik sebagai blogger, maupun apoteker.
Nggak
Sengaja Kecemplung
Saya
terjun di dunia per-blogger-an adalah sebuah ketidaksengajaan. Semua berawal
dari keisengan saya mengambil kursus komputer saat ada waktu jeda antara
kelulusan dan pengambilan sumpah apoteker. Niatnya sih untuk mencari sertifikat
kemampuan mengoperasikan beberapa program komputer. Sebagai pelengkap surat
lamaran kerja, gitu.
Sebenarnya
saya mengambil kelas office. Tapi
ternyata di akhir pertemuan, mentor memberikan tambahan materi, tentang blog.
Saya saat itu nggak begitu berpikir apa itu blog. Kan niatnya hanya belajar
office, ikut ujian, dapat nilai dan sertifikat. Pun demikian saat saya mendapat
materi tentang blog. Saya hanya perlu mempelajari modul, ikut ujian, dapat
nilai dan sertifikat. Selesai. Dan kenyataannya, beneran selesai. Hampir tiga
tahun lamanya saya nggak pernah membuka kembali blog yang saya buat saat
kursus. Kalau kata blogger sekarang, itu blog mungkin sudah berdebu, lumutan,
dan bulukan, haha
Semua
Berawal dari Membaca
Sebelum
menulis di blog, saya sudah menulis di media yang lain. Saya menulis untuk
majalah sekolah, mading sekolah, dan buletin sekolah. Kok sekolah semua?
Ketahuan deh kalau hanya jago kandang, haha. Iya sih, pengalaman menulis saya
memang berawal saat sekolah menengah atas. Lebih tepatnya saat bergabung di
ekstrakulikuler jurnalistik. Setelah beberapa kali tulisan saya dimuat, barulah
saya memberanikan diri keluar kandang #eh ikutan lomba di luar sekolah,
maksudnya. Lumayan, sih. Dapat nomor tiga. Etapi justru inilah moment
ke-pe-de-an saya dalam menulis mulai naik. Saya mulai memberanikan diri
mengirim tulisan ke majalah remaja. Dimuat? Nggak! Hiks, saya tuh jadi sedih.
Belasan kali mengirim tulisan, hanya dua kali dimuat. Yeah, memang begitulah
jalannya. Seleksi tulisan kan memang ada. Tulisan terbaiklah yang dimuat.
Ketertarikan
saya di dunia menulis berawal dari kegemaran membaca. Saya selalu berpikir, kok
bisa ya orang menulis buku. Berapa puluh lembar yang harus dia tulis. Pun
demikian dengan tulisan di koran maupun majalah. Kira-kira, apa yang penulis
pikirkan hingga bisa menghasilkan tulisan yang berbobot seperti itu. Lambat
laun, saya belajar menulis. Sampai sekarang pun saya masih belajar menulis.
Saya masih merasa tulisan saya belum berbobot seperti tulisan-tulisan yang
banyak saya baca. Kebanyakan nulis curhat unfaedah sih, haha
Eh,
Mulai Ngeblog Lagi
Suatu hari, salah satu komunitas
menulis membuat tantangan One Day One
Artikel, atau yang lebih dikenal dengan ODOA. Peserta yang ikut dalam
tantangan harus mewawancarai beberapa narasumber dari berbagai latar belakang.
Ada ahli IT, pemasaran, konsultan keuangan, konsultan pajak, make up artis, dll.
Hasil wawancara kemudian diolah menjadi artikel dan ditulis di blog. Nah, tantangan
inilah yang kemudian mengingatkan kembali akan keberadaan blog saya. Saya masih
ingat judul blognya, tapi saya lupa email dan kata sandinya, wedew.
Entah mengapa saya lebih suka
memecahkan teka teki tentang email dan kata sandi blog lama ketimbang membuat
blog baru. Seperti Detektif Conan yang harus memecahkan kata sandi untuk
mengungkap kasus pembunuhan, hehe. Deretan email saya tulis, begitu juga
beberapa kata sandi yang saya ingat. Saya coba cocokkan satu per satu. Duh,
yakin deh. Ini sama sulitnya dengan menemukanmu. Iya kamu. Tapi saya sih masih
percaya, jodoh tak akan kemana #eh #apaansih. Dan saya juga percaya, hasil tak
akan mengkhianati usaha. Setelah berkali-kali bongkar pasang email dan kata
sandi, a-khir-nya ... kumenemukanmu... #naffmodeon. Dan itu tuh rasanya seperti
berhasil merebut kembali blog dari negara api, haha.
Percaya atau tidak, awal-awal tulisan
saya di blog itu polos banget. Nggak ada manis-manisnya. Satu konten hanya
terdiri atas deretan huruf sejenis. Tidak ada foto ataupun gambar pendukung.
Apalagi kata kunci, hashtag, dll. Setelah mengikuti tantangan ODOA 30 hari,
lumayan, blog saya tidak kosong lagi. Meski saya tidak mulus sampai 30 hari
penuh mengikuti tantangan menulisnya. Beberapa kali bolong juga, haha. Maklum,
pemula. Rada ngos-ngosan juga ngikutinya. Etapi dengan mengikuti tantangan ini,
saya mendapat banyak kenalan dengan blogger sesama pengikut kompetisi. Salah
satunya, blogger kece dari Solo juga, hihi ... Kasih tahu namanya nggak, ya,
haha. Dari dialah saya mengenal komunitas blogger dan memberanikan diri
bergabung di kelompok facebook.
Ada kejadian berkesan saat saya akan
bergabung dalam komunitas tersebut. Sebelumnya ada sesi wawancara. Lalu admin
group melihat blog saya yang saat itu memang masih gratisan. Tiba-tiba beliau
bertanya, “blognya baru, ya, Mbak?”. Mungkin karena baru beberapa artikel yang
saya tulis. Dan saya pun hanya bisa menjawab, “iya, baru. Baru nge-blog lagi
maksudnya.”
Alangkah terkejutnya saya setelah
masuk ke komunitas tersebut. Saya bertemu banyak blogger kece. Blog mereka pun
nggak kalah kece, baik itu tampilan blog maupun kontennya. Duh, ngeri ngeri
sedap gitu. Saya jadi minder. Untungnya perasaan itu hanya sesaat. Ini tuh
seperti tamparan keras bagi saya supaya lebih rajin nge-blog dan segera
membenahi tampilan blog.
Bagi
Saya Menulis Adalah ...
Setelah
melalui perjalanan panjang, mendaki gunung lewati lembah, saya putuskan untuk
terus menulis. Menulis sudah menjadi salah satu rutinitas saya. Tidak harus di
blog. Biasanya saya bergantian antara menulis di blog, dengan menulis untuk
media atau buku. Yang penting, saya menulis. Di sela-sela kesibukan yang lain,
saya mempertahankan aktivitas yang satu ini karena saya menemukan banyak
manfaat dari menulis, di antaranya ...
Terapi.
Kalau sedang suntuk, bad mood, atau banyak pikiran, salah satu aktivitas yang
saya lakukan untuk menetralkannya selain membaca adalah menulis. Itu tuh
semacam pelampiasan, gitu. Mengurangi tekanan hati dan pikiran. Dari pada
ngomel tak karuan, menulis bisa menjadi alternatif. Efeknya, suasana masih tenang
terkendali, nggak berisik.
Berbagi.
Biasanya, setelah saya menghadiri sebuah pertemuan, seminar, atau rapat, akan
ada ilmu yang saya dapat. Biasanya saya akan menulisnya dalam artikel lalu
membaginya di blog. Entah itu ilmu tentang kesehatan, kecantikan, keuangan,
dll.
Branding.
Kira-kira kalau saya nggak punya blog, nggak pernah menulis di blog, nggak
pernah membagikan tulisan saya ke khalayak umum, akankah teman-teman saya
mengenal saya sebagai blogger? Saya rasa tidak. Teman saya pernah berkata,
blogger itu ya harus punya blog dan menulis di blog. Kalau nggak, bagaimana
seseorang bisa disebut blogger. Hmm ... ada benarnya juga, ya.
Curhat.
Jujur, beberapa tulisan saya adalah hasil curhat, baik itu curhatan saya
sendiri atau pun orang lain. Pernah nih, suatu waktu salah satu rekan kerja di
divisi lain curhat ke saya tentang senioritas yang kebablasan di divisinya.
Sampai-sampai para junior tidak ada yang betah. Akhirnya, tidak sedikit junior yang
berhenti kerja, bahkan saat masa 3 bulan uji cobanya belum berakhir. Kalau hal
ini terjadi di divisi saya, saya akan langsung menegur oknum bersangkutan. Tapi
karena bukan wilayah saya, saya pun hanya bisa menanggapi curhatan lewat
tulisan. Jadilah, Junior, This is Me Itu baru 1
tulisan curhatan yang saya beri tahu. Hayo, bisa nggak nebak tulisan mana lagi yang
hasil curhatan?
Pundi-pundi.
Nah, ini nih yang paling seru. Ternyata menjadi blogger itu bisa mendatangkan
rizki. Memang sih tidak tiba-tiba datang begitu saja. Harus ada usaha
sebelumnya. Ibarat rumah, blog musti dirawat dengan cara membuat tampilan yang
bagus dan juga rajin menulis. Kalau cantik kan banyak yang ngelirik, haha.
Saya
tuh Bangga lho Jadi Blogger
Saya
tuh bangga lho jadi blogger. Tulisan saya dibaca dan bermanfaat bagi pembaca,
sampai-sampai ada pula yang dibagikan. Bahkan ada beberapa teman yang meminta tema tertentu. Huahoho ... Sudah seperti majalah bulanan saja, ya. Ada beberapa
teman yang meminta saya mengajarkan blog. Mereka ingin bisa nge-blog. Wah,
kalau begini senang, kan. Ternyata hal posistif yang saya lakoni bisa menular
ke yang lain. Tidak sedikit pula teman yang punya usaha, meminta saya mereview
produk mereka. Itu semua karena mereka membaca tulisan review produk di blog
saya. Hmm ... Baiklah, temans. Apa sih yang nggak buat kalian, hihi
Di
sisi lain, saya mendapat beberapa tawaran menulis untuk media online sampai posisi digital marketing sebuah produk. Meski pada akhirnya tak semua saya ambil. Saya
harus membuat beberapa pilihan. Bukan! Bukan karena saya sok sokan, tapi ini
berhubungan dengan pembagian waktu. Bagaimana pun saya masih terikat pekerjaan
kantor. Kalau saya iyakan semua, takutnya keteteran. Hasilnya tidak maksimal. Tentu
akan mengecewakan klien. Meski demikian, saya tetap bersyukur. Dengan
berdatangannya tawaran tersebut, paling tidak mereka mengenal saya lewat status
sebagai blogger. Bangga, dong ...
Ada
juga pengalaman lucu yang saya dapat selama nge-blog. Suatu hari ada komentar
masuk di salah satu tulisan di blog. “Ini Mbak Hana di film Catatan Hati
Seorang Istri, ya?” Berhubung saya tulalit soal sinetron, jadilah saya berselancar
mencari tahu tentang sinetron itu. Hasilnya bisa dibaca di bawah ini
Lah,
dikiranya saya Dewi Sandra, gitu? #kibasjilbab Yang lagi perang sama si Hello
Kitty? #oleslipen. Ish ish ish ... Sepertinya pembaca yang satu ini adalah
korban sinetron. Untung saja dia nggak lanjut bilang, “curhat dong, Mbak.” Bisa-bisa
saya #lemparlipstik nih, wkwkwk
Nah,
ternyata membicarakan blog dan blogger itu nggak akan ada habisnya, ya. Mulai
suka duka sampai hal-hal lucu, ada semua. Inilah salah satu alasan saya masih
bertahan nge-blog sampai hari ini. Bahkan saya masukkan ini sebagai salah satu resolusi tahun 2019. Saya harus lebih rajin menulis. Tapi bukan hanya sekedar tulisan, tapi menulis konten yang baik dan bermanfaat tentunya. Semoga sih semangat ini ada selamanya karena ... saya tuh
bangga lho jadi blogger.
~ Hana Aina ~
Baca juga, ya ...
Ngeblog emang asyik ya. Walau kadang suka males juga ngisinya. hehehe. Tapi blog ini nih yang bikin aq bisa berasa eksis.
BalasHapusCieeeehhh main sinetron cieeeehhh 😆😆😆
BalasHapusSiapa cih blogger solo yang kece itu? Uhuuk, kalau begitu bisa disewa untuk mwmecahkan pasword yang terlupa yaaa
BalasHapusDan ceritanya hampir mirip sama cerita saya mbak, setelah aktif ngeblog lagi, temen-temen "lebih" mengenal seorang Wisnu itu sebagi blogger, bukan desainer || Bangga? Hayo, sangat bangga :D
BalasHapusNgakak itu pas baca kibas jilbab & oles lipen XD
Hallo Mbak Hana, aku korban #CHSI hlo... hahaha
BalasHapusbdw, aku tuh kalau reunian, sekarang lebih dikenal sebagai blogger dan dianggap keren... wkwwkwk... padahal mereka dulu tuh ngehnya aku ya penulis terus ditanya bukunya apa nih yang sudah terbit? sekarang? wuih, blogger... hahaha
Wah baru tahu saya kalau mbak hana itu pernah main sinetron...hihihii
BalasHapusKeren mb
BalasHapusmbak e keren, saya tuh paling ngiri sama yang masih bisa ngatur waktu dan fokus dengan kerjaan kantor vs hobi menulis, saya masih harus belajar. sukses, mbak
BalasHapuswkwkkwkw iye kak CHSI hitsss bgt tuh sinetron pada zamannya hahha :)
BalasHapus