“Manfaat pertama yang bisa
dirasakan dari bersedekah adalah untuk si pemberi sendiri, yaitu dia melihat
perubahan dari dalam diri dan sikapnya, merasakan kedamaian, serta melihat
senyuman di wajah orang lain.”
_Aidh
Al Qarni_
Beruntung!
Itulah yang saya rasakan selama ini. Meski bukan dari keluarga yang mampu, tapi
saya selalu bersyukur atas semua rezeki yang diberikan-Nya. Bukan karena
banyaknya, namun berkahnya. Alhamdulillah. Di saat saya sedang butuh, ada saja
rezeki dari Alloh yang datang. Mungkin itu sebabnya ada orang yang bilang, rezeki
itu jangan dihitung. Tak akan mampu manusia menghitung rezeki dari Alloh.
Terlalu banyak, tak terhingga jumlahnya.
Di
sisi lain, saya juga bersyukur karena dikelilingi oleh orang-orang yang tidak
pelit untuk berbagi. Mereka datang dari berbagai latar belakang profesi dan
juga status sosial. Secara tidak langsung mereka banyak memberikan pelajaran
kepada saya betapa berbagi adalah hal yang menyenangkan, bisa dilakukan siapa
saja dan kapan saja. Tidak pernah saya melihat mereka merasa terpaksa
mengeluarkan uang maupun tenaga untuk orang lain. Semua dilakukan demi kebaikan
bersama.
Awalnya,
saya tidak begitu peduli dengan hal yang satu ini. Hingga suat hari, saya
berganti tempat kerja. Salah satu tugas saya di sana adalah membagikan zakat
dan sedekah. Saat itu saya hanya berpikir, kalau mau berbagi ya berbagi saja.
Saya hanya memberikan titipan kepada yang dituju. Sudah, begitu saja, selesai. Meski
hanya membantu menyalurkan, berharapnya sih tetap kecipratan pahala, hehe. Sekali,
dua kali, hingga berkali-kali saya melakukannya. Suatu saat saya berpikir,
kenapa saya tidak sekalian ikut berbagi.
Ini
tuh semacam sentilan dari Alloh. Saya dicemplungkan ke dalam lingkungan di
dalamnya banyak orang-orang yang ikhlas berbagi. Bahkan saya terlibat secara
tidak langsung membantu mereka menyalurkan sebagian harta mereka untuk yang
membutuhkan. Seolah-olah, bagi saya, Alloh menunjukkan ... ini lho ada ladang
amal yang juga bisa kamu ikuti. Yeah, meski besaran jumlahnya tentu tak sebanyak
mereka. Semampunya saya. Tapi bukankah soal berbagi itu bukan soal banyaknya,
tapi soal niat dan ikhlasnya.
Berbagi
Tak Harus Menunggu Kaya
“Jangan pernah merasa malu ketika
hanya mampu memberi sedikit untuk bersedekah, karena selalu ada kebaikan dalam
berbagi, tidak peduli seberapa kecil yang kamu berikan.”
_Ali
bin Abi Thalib_
Selain
di tempat kerja, teladan lain yang saya dapat dalam berbagi adalah lewat bapak
saya sendiri. Meski bukan dari keluarga berada, tapi bapak selalu mengajarkan
kepada saya kalau kami ini kaya.
Dalam artian kaya hati, kaya niat, dan kaya kemauan untuk berbagi. Bapak juga
mengajarkan untuk selalu melihat ke bawah
agar selalu bersyukur. “Banyak orang yang hidupnya lebih susah dari kita,” begitu
pesan bapak.
Bapak
mengajarkan kepada saya mulai dari hal-hal kecil. Misal nih saat saya masih kecil, ada
peminta-minta datang ke rumah kami. Bapak memberikan kepada saya sejumlah uang
untuk diberikan kepada peminta tersebut. Awalnya saya takut karena penampilan
mereka yang biasanya agak kurang rapi. Tapi kata bapak, saya tidak usah takut.
Secara tidak langsung ini adalah pelajaran bagi saya yang masih kecil agar
terbiasa memberi.
Bapak juga sering mengingatkan, jangan pelit! Di dalam harta yang saya miliki,
ada hak orang lain yang harus diberikan. Harta terlihat banyak karena ada hak
orang lain di sana. Karenanya harus ditunaikan haknya.
Event
lain yang biasa saya dan bapak kerjakan adalah saat tahun ajaran baru. Biasanya
bapak mengajak saya berbelanja peralatan sekolah: buku, pensil, penggaris, penghapus,
dll. Semua peralatan sekolah itu kami bagi dalam beberapa paket. Saya senang
membantu bapak membungkus paket-paket itu. Kami memberikannya kepada beberapa
anak karyawan bapak dan juga saudara. Tentu anak-anak itu senang, pun demikian
dengan orang tua mereka. Kami? Jangan tanya perasaan kami. Tentu lebih senang
melihat mereka senang.
Tak
selamanya berbagi dalam bentuk uang. Bisa juga dalam bentuk ilmu, tenaga, atau
juga barang seperti saya dan bapak lakukan di atas. Ini juga dilakukan oleh
atasan saya yang kebetulan berprofesi sebagai tenaga kesehatan. Di saat-saat
tertentu, beliau menggratiskan biaya periksa pasien. Tak jarang pula saat ada
tindakan terhadap pasien rawat inap, beliau memberikan potongan biaya. “Biar
pasiennya senang,” kata beliau saat saya menanyakan tentang kebijakan tersebut.
Wah, masya Alloh tabarokalloh.
Sedekah Menolak Bala
“Bersegeralah bersedekah, sebab
bala bencana tidak akan pernah bisa mendahului sedekah.”
_HR.
Imam Baihaqi_
Saya
termasuk orang yang masih percaya sedekah menolak bala. Entah itu sakit,
musibah, maupun rezeki yang kurang lancar. Bagi saya itu bukan hanya sekedar
kata-kata belaka. Saya pernah beberapa kali mengalaminya. Saya terhindar dari sesuatu
yang tragis, yang seharusnya berdampak buruk. Namun yang saya dapatkan, saya
tetap baik-baik saja. Alhamdulillah.
Ceritanya,
nih ... beberapa waktu lalu saya terlibat kecelakaan. Saat saya akan berbelok
masuk ke perumahan, tiba-tiba saja saya ditabrak dari samping oleh sepeda motor
dengan kecepatan yang lumayan, hingga menghasilnya suara dentuman keras.
Rupanya yang menabrak saya adalah sepasang remaja yang sedang dibawah pengaruh
zat tertentu. Akibat kejadian itu, masyarakat berhamburan keluar rumah menuju
jalan.
Mereka
para saksi mata mengatakan, seharusnya kecelakaan sekeras itu memberikan
dampak kerusakan parah. Yang ada di bayangan mereka, sepeda motor saya remuk
redam. Pun demikian dengan saya akan mendapatkan luka-luka. Namun
alhamdulillah, semua baik –baik saja. Saya tidak mendapati luka dibagian tubuh
manapun. Hanya meraskaan memar di tangan. Sepeda motor saya pun masih dalam
keadaan baik. Saat saya membawanya ke bengkel, montir mengatakan tidak ada
kerusakan berarti. Hanya bagian depan butuh sedikit perbaikan.
Rasa
was-was saya seketika hilang berganti rasa syukur yang tak terhingga. Saat saya
menceritakan peristiwa ini kepada bapak, beliau mengajak saya merenung. Beliau
mengatakan, mungkin ada sesuatu yang saya lakukan yang dapat menghindarkan saya
dari musibah itu. Kemudian saya teringat sesuatu.
Siang
itu saya ke bank untuk menunaikan amanah dari bos. Bos meminta saya mentransfer
sejumlah uang donasi untuk pembangunan pesantren yatim piatu. Melihat bos yang
begitu bersemangat berbagi, sebenarnya terbesit pula dalam diri saya untuk
ikut-ikutan. Tak dapat dipungkiri, ada rasa minder dalam diri. Kalau pun saya ikut
berdonasi, tentu tidak sebesar nominal donasi bos saya, hehe. Yeah, saya hanya
mampu sepersepuluh dari total donasinya. Tapi bagi saya, itu nominal yang cukup
lumayan.
Kata
orang, sumbangan pembangunan pesantren, masjid, rumah sakit, dll bisa
dikategorikan sebagai sedekah jariyah jika bangunan tersebut dimanfaatkan untuk
kebaikan. Dan orang yang melakukan sedekah jariyah akan terus mendapatkan
pahala selama bangunan itu dimanfaatkan terus menerus. Bahkan ketika yang
bersangkutan telah meninggal dunia. Ya Alloh, manusia mana sih yang tidak ingin
mendapatkan pahala yang terus mengalir seperti ini. #terharu
Saatnya
Berbagi dari Hati
“Sebagai seorang beriman, aku
tidak boleh lupa bahwa kebutuhanku untuk bersedekah akan selalu jauh lebih
besar daripada kebutuhan mereka yang menerima sedekah dariku.”
_Nouman
Ali Khan_
Momen
berbagi bisa kapan saja: saat kenaikan kelas, habis gajian, dll. Nah, kalau
saya sih yang terakhir. Biasanya saya jadwalkan setiap habis gajian untuk memposkan
gaji sesuai kebutuhan. Dan salah satunya adalah dana untuk berbagi. Mumpung
sedang pegang banyak uang. Jadi masih bisa dibagi-bagi sesuai kebutuhan. Salah
satunya, ya dana untuk berbagi.
Saya
pernah membaca buku seorang perencana keuangan, Prita Hapsari Ghozie. Menurut
beliau dalam alokasi gaji bulanan ada beberapa pos yang bisa diutamakan,
seperti pos biaya hidup, pos dana darurat, termasuk pos untuk barbagi (zakat,
infaq, sedekah). Menurut Prita, besarnya pos untuk berbagi bisa mencapai 5% dari
gaji.
Selain
menggunakan referensi dari perencana keuangan seperti di atas, saya juga bisa
menggunakan kalkulator zakat untuk menghitung zakat profesi yang saya keluarkan. Kalkulator
zakat ini bisa saya temukan pada situs beberapa lembaga amil zakat. Salah satunya
di situs Dompet Dhuafa. Dengan adanya kalkulator zakat ini, saya merasa sangat
terbantu. Saya hanya tinggal memasukkan besaran pendapatan yang saya terima,
dengan sendirinya kalkulator zakat akan menghitung besaran zakat profesi yang harus
saya bayar. Lebih praktis, bukan.
Saya
memang menitipkan sebagian rezeki ke lembaga amil zakat, meski ada juga beberapa
yang saya berikan langsung kepada yang membutuhkan. Nah, bagi saya pribadi, lembaga
amil zakat yang saya titipi haruslah lembaga amil zakat kredibel dan amanah. Ada
beberapa kriteria lembaga amil zakat yang biasa saya prioritaskan, di antaranya
adalah tercatat dan terdaftar di Kementrian Agama, memiliki program kerja yang
jelas, memiliki laporan program kerja dan dokumentasi keberhasilan program
kerja tersebut.
Selain
kredibel dan amanah, saya pribadi lebih memilih lembaga amil zakat yang sudah
diakui oleh Dirjen Pajak. Nah, ini nih keuntungannya yang sepertinya belum
banyak orang tahu. Jika kita menyalurkan sumbangan ke lembaga amil zakat yang
sudah diakui oleh Dirjen Pajak, bukti penerimaan zakat tersebut dapat digunakan
untuk mengurangi penghasil bruto saat pelaporan SPT Tahunan, lho.
Berbagi
Bersama Dompet Dhuafa
"Segala sesuatu yang bermanfaat yang Allah halalkan untukmu, entah berupa pakaian, makanan, sampai pada istri. Itu semua termasuk rezeki. Begitu pula anak laki-laki atau anak perempuan termasuk rezeki. Termasuk pula dalam hal ini adalah kesehatan, pendengaran dan penglihatan. Dan Sedekah adalah cara yang baik untuk mensyukurinya. Sesungguhnya tidak akan berkurang harta yang disedekahkan, kecuali bertambah dan bertambah.” (HR Tirmidzi).
Kredibel,
amanah, dan diakui Dijen Pajak? Hmm ... Ini nih salah satunya. Lembaga amil
zakat Dompet Dhuafa. Berawal dari salah satu rubrik di koran Republika pada
tahun 1993 untuk menggalang dana bagi masyarakat kurang mampu, hingga gerakan
kepedulian ini berkembang menjadi sebuah yayasan di tahun 1994. Selain telah
diakui sebagai lembaga amil zakat tingkat nasional yang telah tercatat di
Kementrian Agama, Dompet Dhuafa juga merupakan lembaga amil zakat yang diakui
oleh Dirjen Pajak.
Dompet
Dhuafa memiliki segudang program pemberdayaan dan bantuan bagi masyarakat
kurang mampu. Mulai dari kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan juga pengembangan
sosial. Semua pemberdayaan ini melibatkan sumber daya lokal. Biaya untuk
menjalankannya, tentu berasal dari para donatur. Sudah banyak manfaat yang
didapat masyarakat dari program-program tersebut. Karenanya, agar program tetap
berjalan dengan baik, peran serta donatur selalu diharapkan.
Saya
dan Anda dapat menyisihkan sebagian rezeki untuk mereka. Jangan takut untuk
berbagi. Berbagi tidak akan membuat kita miskin. Kalau kebetulan Anda orang
yang sibuk dan tidak sempat datang ke kantor Dompet Dhuafa, Anda bisa memanfaatkan
layanan jemput zakat. Anda tidak perlu kemana-mana. Cukup petugas yang datang
ke rumah Anda.
Nah,
ternyata berbagi itu tidak sulit ya, jika kita meniatkan dan membiasakan.
Banyak pihak akan terbantu dengan kegiatan ini. So, jangan takut untuk berbagi.
Karena berbagi itu indah dan membuat hidup lebih berkah.
“Tulisan
ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Jangan Takut Berbagi yang
diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”
~ Hana Aina ~
Baca juga, ya ...
Dengan berbagi justru byk manfaat yg didapat oleh si pemberi ya mbak?biasanya begitu..malah balasannya lebih banyak dan barakahnya terasa nikmat
BalasHapusIya, Mbak. Karenanya #jangantakutberbagi :)
HapusMasya Allah begitu banyak manfaat berzakat. Dan semoga sukses untuk program2 dompet dhuafanya
BalasHapusAamiin. Tetap semangat berbagi, Mbak :)
HapusSedekah bisa berupa materi dan jasa. Sedekah tidak harus menunggu di saat berlebihan. Keluarga saya pernah punya pengalaman beberapa kali terhindar bahaya ular berbisa (kobra) setelah bersedekah, maklumlah rumah tengah sawah
BalasHapusAlhamdulillah. Sedekah menolak bala :)
HapusSedekah adalah magnet rezeki
BalasHapusBetul, Bun. Semakin banyak kita berbagi, semakin kita merasakan banyak kebaikan :)
HapusArtikel yg bagus. Sebagai pengingat untuk kita semua bahwa sedekah dapat memberikan banyak manfaat baik di dunia ataupun di akherat kelak. Tak melulu harus berupa materi, sedekah bisa dilakukan dengan banyak cara yg lain. Senyum kita untuk saudara kita jg merupakan sedekah lho. Sudahkan kita terseyum hari ini? Hehe
BalasHapusIya, sepakat. Sedekah juga bisa berupa ilmu, tenaga, dan juga senyuuummm :D
HapusMasyaallah mba.. baca ini juga jd booster lagi buat aku.. ada kalimat suka deh. Ayah mba hana yg mengajarkan kl kita kaya.. mau adopsi itu buat shaw biar makin semangat jalani program berbaginya.. biar jd kebutuhan dan habit🙌
BalasHapusBagus itu. Membiasakan anak berbagi sejak kecil, agar menjadi kebiasaan ketika dewasa kelak :)
HapusMasyaallah mba.. baca ini juga jd booster lagi buat aku.. ada kalimat suka deh. Ayah mba hana yg mengajarkan kl kita kaya.. mau adopsi itu buat shaw biar makin semangat jalani program berbaginya.. biar jd kebutuhan dan habit🙌
BalasHapusBeruntung nian dirimu jobdesc nya ngurusi zakat mbak. Insyaallah pahala mengalir terus tuh. Baru tau lo aku ada kalkulator zakat dari dompet dhuafa, jadi skr ga bngung ya kalo ngitung zakat. Aku mo cobain ah. Tfs mbak
BalasHapusAamiin. Masya Alloh, Tabarokalloh :)
HapusDbalik dasyat ny manfaat sedekah....sedekah bisa menngali sisi kemanusiaan kita....agar lebih bisa memanusiakan manusia yg semakin kesini trkikis jaman.....
BalasHapusSepakat banget. Bisa melembutkan hati kita juga, agar senantiasa bersyukur :)
HapusAlhamdulillah nikmatnya berbagi dan bersedekah memang berbuah manis. Jika tidak berbuah di dunia maka akan dikumpulkan sebagai pahala di akhirat. Terimakasih telah berbagi inspirasi mb Hana😊
BalasHapusAamiin. Semoga menjadi amal jariyah :)
HapusSedekah harus dilakukan dalam waktu lapang atau sempit, jd gak perlu nunggu jadi orang berlebih dulu ya mbak?
BalasHapusDasyat ny manfaat sedekah..semoga bisa selalu bersedekah
BalasHapus