Menu

Jumat, 20 Desember 2019

Charity bersama Yayasan Rumah Lentera dan Alana Hotel Solo Dalam Rangka Hari Aids Sedunia


Kemarin, saya dan beberapa teman blogger mendapat kesempatan bergabung dalam acara charity bersama Alana Hotel Solo. Di bulan Desember ini, sebagian masyarakat dunia memperingati Hari Aids Dunia. Dalam rangka memperingatinya pula, Alana Hotel Solo mengadakan acara Charity bersama Yayasan Rumah Lentera.

Acara yang diselenggarakan pada sore hari di lantai dua Marinepool Hotel Alana Solo ini dihadiri oleh berbagai pihak. Ada mahasiswa, pegiat media, para pengusaha, dan Yayasan Rumah Lentera.

Pada kegiatan ini, selain diadakan talkshow dan diskusi oleh pakar kesehatan seputar Aids dan HIV, juga diadakan pelelangan busana oleh para pengusaha. Beberapa model memperagakan beberapa busana. Mulai dari buasa pesta berbahan broklat hingga busana resmi yang bisa dipakai ke kantor. Dana yang terkumpul dari acara lelang tersebut akan disumbangkan ke Yayasan Rumah Lentera.

Dari diskusi bersama pakar kesehatan diketahui jumlah penderita HIV Aids di Indonesia mengalami peningkatan. Mayoritas penderitanya adalah ibu rumah tangga. Mungkin banyak yang terkejut dengan data tersebut. Secara, ibu rumah tangga lebih banyak melakukan aktivitas di rumah saja, tapi malah menjadi penderita HIV Aids terbanyak.

Yup! Salah satu jawabannya adalah, karena para ibu rumah tangga tersebut kebanyakan tertular dari para suami. Nah, loh! Berdasarkan data inilah, diharapkan para perempuan terutama yang aktif secara seksual untuk rajin memeriksakan kesehatannya, salah satunya adalah pengecekan HIV Aids. Sekarang, banyak fasilitas kesehatan baik pemerintah maupun swasta, yang sudah memiliki pelayanan pemeriksaan HIV. Termasuk di puskesmas,

Seiring dengan perkembangan teknologi dan derasnya arus informasi, para perempuan pun diharapkan lebih aktif mencari informasi kesehatan. Para perempuan dapat mencari informasi tentang HIV Aids melalui melaui situs-situs terpercaya di internet. Bisa juga, para perempuan berdiskusi dengan para tenaga kesehatan. Ini adalah salah satu cara agar para perempuan melek kesehatan termasuk HIV Aids. Kalau pun terjadi sesuatu bisa segera memeriksakan diri.


Baca juga >>>


Kenali HIV Aids!
Beberapa orang masih rancu antara HIV dan Aids. Padahal keduanya adalah hal yang berbeda, lho.

HIV adalah Human Immunodeficiency Virus. Ini adalah jenis virus penyebab kerusakan sistem kekebalan tubuh. Sedangkan Aids adalah Acquired Immunideficiency Syndrom. Ini adalah kondisi tubuh akibat paparan HIV.

HIV sendiri bisa menular melalui cairan tubuh, sex tanpa kondom, penggunaaan jarum suntik bersama, dan juga penularan dari ibu hamil ke janin. Jadi, jangan sampai salah, ya. HIV tidak akan menular lewat sentuhan kulit, pelukan, dll seperti apa yang banyak beredar selama ini.

Tes HIV sendiri biasanya mengguankan sampel darah. Ini diperlukan untuk mendeteksi sel CD4. Orang dengan HIV pada stadium satu biasanya dapat hidup normal tanpa menunjukkan adanya gejala. Pada stadium dua, daya tahan tubuh orang yang terpapar HIV akan mulai menurun.

Di stadium ketiga, gejala infeksi mulai muncul seperti diare terus menerus, sariawan dan jamur disekitar mulut, dll. Sedangkan stadium empat ditandai dengan turunnya jumlah sel CD4.

Pada orang normal memiliki sel CD4 antara 500-1200. Namun pada orang terpapar HIV, jumlah sel CD4 kurang dari 200 karena banyak yang dirusak oleh HIV. Sel CD4 sendiri adalah sel yang berperan melawan infeksi. Saat sel ini jumlahnya tinggal sedikit, dia tak lagi mampu melakukan tugasnya. Alhasil, akan banyak penyakit bermunculan di stadium ini.

Saat seseorang terpapar HIV, salah satu obat yang harus dikonsumsi adalah obat Anti Retroviral. Obat ini tidak mampu membunuh virus, tapi mampu menekan perkembangan virus. Bisa jadi saat kondisi stabil, penderita mampu hidup dengan normal. Karenanya, penting untuk mendeteksi keberadaan virus ini dalam tubuh. Semakin cepat terdeteksai, semakin cepat mendapat penanganan, semakin besar peluang penderita mampu menjalani hidup normal.


Baca juga >>>


Mengenal Yayasan Rumah Lentera
Di tengah masyarakat, ternyata masih banyak orang yang terpapar HIV terkucilkan. Tak sedikit pula anak-anak yang terlantar karena dibuang oleh orang tua ataupun anggota keluarga lainnya. Melihat nasib mereka yang tanpa perhatian, tergeraklah sepasang suami istri untuk merawat anak-anak ini.

Melalui Yayasan Lentera, banyak anak tertolong dan mendapatkan perhatian. Mereka dirawat dengan baik dengan kasih sayang dan perhatian selayaknya sebuah keluarga. Tak lupa mereka selau diawasi terutama dalam hal terapi dan pengobatan agar tetap dapat beraktivitas selayaknya orang sehat.

Kisah Yayasan Lentera saat pertama berdiri bukan tanpa haling rintang. Awal mula, mereka sering dicibir bahkan diusir hingga harus berpindah tempat hingga beberapa kali. Lambat laun, sepak terjang yayasan ini dalam kepeduliannya kepada penderita HIV dan Aids terutama yang masih anak-anak banyak terekspos media. Ditambah dengan keterbukaan informasi tentang HIV dan Aids membuat banyak orang lebih peduli terhadap penderita HIV dan Aids.

Kini Yayasan Lentera telah mempunyai rumah singgah tetap di daerah Makam Pahlawan Jebres, Solo. Mereka tak lagi berjuang sendiri. Setiap harinya yayasan ini didatangi oleh para relawan maupun donator dengan membawa berbagai bentuk kepedulian bagi anak-anak yang tinggal di sana. Mulai dari uang, perlengkapan dan keperluan sehari-hari, dll. Bukan seberapa besar bantuan tersebut, tapi kepedulian dan sikap tidak mengucilkan juga perasaan diterima masyarakat, tentu memberikan kebahagiaan tersendiri.


Baca juga >>>


Bekal Bagi Relawan HIV Aids
Salah satu hal yang perlu diperhatikan bagi penderita HIV Aids adalah konsumsi obat anti retroviralvirus setiap hari seumur hidup. Tidak dapat dipungkiri, hal ini bisa mendatangkan kejenuhan. Belum termasuk kalau penderita lupa atau terlambat minum obat. Karenanya peran relawan diperlukan di sini.

Relawan pendamping bagi penderita HIV Aids sangat penting. Bukan hanya sebatas mendampingi, mengingatkan akan pentingnya minum obat, tapi juga memotivasi pasien agar terus optimis dalam hidup. Tidak sedikit penderita ini merasa dunianya hancur. Mereka butuh penyemangat, juga tempat sharing dan curhat.

Pasa sesi tanya jawab di acara charity kemarin, ada seorang mahasiswa yang menyatakan ingin menjadi relawan HIV Aids. Mahasiswi itu juga bertanya kepada narasumber apa saja syarat menjadi seorang relawan. Nih, aku share di sini ya:

  • Niatkan. Niat adalah koentji saat melakukan sesuatu. Termasuk saat memutuskan menjadi relawan.
  • Kuatkan mental. Sebelum menguatkan orang lain, alangkah baiknya jika para relawan menguatkan diri terlebih dahulu. Bisa jadi aka nada beberapa masalah yang akn muncul pada saat pendampingan nanti.
  • Perbanyak ilmu. Ilmu seputar HIV Aids tentu akan snagat membantu para relawan saat pendampingan. Sedikit banyak mereka harus tahu apa saja yang harus dilakukan ketika terjadi sesuatu.
  • Belajar berkomunikasi. Belajar komunikasi agar pesan tersampaikan dengan baik. Komunikasi dengan para penderita pun bisa lancar dan baik.
  • Asah empati. Relawan tak hanya mengingatkan penderita agar rajin minum obat tapi juga memberikan motivasi. Tak jarang para penderita putus asa dan hamper menyerah. Rasa empati ini diperlukan agar relawan dapat memahami perasaan penderita yang didampingi.



Baca juga >>>


Nah, itu tadi acara charity for pita merah yang diselenggarakan oleh Alana Hotel yang bekerjasama dengan berbagai pihak. Semoga hasil dari acara ini dapat mendukung aktivitas di Yayasan Rumah Lentera yang selama ini memberikan kepedulian kepada para penderita HIV Aids.



~ Hana Aina ~



Baca juga, ya ...

2 komentar:

  1. Cara ikut acara semacam ini bagaimana ya kak? Ada ketentuan khusus kah? Terimakasih :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai, Kak ...

      Kebetulan waktu itu aku diundang sama pihak penyelenggara, Hotel Alana, untuk bergabung di acara tersebut :)

      Hapus

Terima kasih telah berbagi komentar