Kemarin, saya dan beberapa teman blogger mendapat
kesempatan bergabung dalam acara charity bersama Alana Hotel Solo. Di bulan
Desember ini, sebagian masyarakat dunia memperingati Hari Aids Dunia. Dalam
rangka memperingatinya pula, Alana Hotel Solo mengadakan acara Charity bersama Yayasan
Rumah Lentera.
Acara yang diselenggarakan pada sore hari di lantai
dua Marinepool Hotel Alana Solo ini dihadiri oleh berbagai pihak. Ada mahasiswa,
pegiat media, para pengusaha, dan Yayasan Rumah Lentera.
Pada kegiatan ini, selain diadakan talkshow dan
diskusi oleh pakar kesehatan seputar Aids dan HIV, juga diadakan pelelangan
busana oleh para pengusaha. Beberapa model memperagakan beberapa busana. Mulai
dari buasa pesta berbahan broklat hingga busana resmi yang bisa dipakai ke
kantor. Dana yang terkumpul dari acara lelang tersebut akan disumbangkan ke
Yayasan Rumah Lentera.
Dari diskusi bersama pakar kesehatan diketahui jumlah
penderita HIV Aids di Indonesia mengalami peningkatan. Mayoritas penderitanya
adalah ibu rumah tangga. Mungkin banyak yang terkejut dengan data tersebut.
Secara, ibu rumah tangga lebih banyak melakukan aktivitas di rumah saja, tapi
malah menjadi penderita HIV Aids terbanyak.
Yup! Salah satu jawabannya adalah, karena para ibu
rumah tangga tersebut kebanyakan tertular dari para suami. Nah, loh!
Berdasarkan data inilah, diharapkan para perempuan terutama yang aktif secara
seksual untuk rajin memeriksakan kesehatannya, salah satunya adalah pengecekan
HIV Aids. Sekarang, banyak fasilitas kesehatan baik pemerintah maupun swasta,
yang sudah memiliki pelayanan pemeriksaan HIV. Termasuk di puskesmas,
Seiring dengan perkembangan teknologi dan derasnya
arus informasi, para perempuan pun diharapkan lebih aktif mencari informasi
kesehatan. Para perempuan dapat mencari informasi tentang HIV Aids melalui
melaui situs-situs terpercaya di internet. Bisa juga, para perempuan berdiskusi
dengan para tenaga kesehatan. Ini adalah salah satu cara agar para perempuan melek
kesehatan termasuk HIV Aids. Kalau pun terjadi sesuatu bisa segera memeriksakan
diri.
Baca juga >>>
Kenali HIV Aids!
Beberapa orang masih rancu antara HIV dan Aids.
Padahal keduanya adalah hal yang berbeda, lho.
HIV adalah Human Immunodeficiency Virus. Ini adalah
jenis virus penyebab kerusakan sistem kekebalan tubuh. Sedangkan Aids adalah
Acquired Immunideficiency Syndrom. Ini adalah kondisi tubuh akibat paparan HIV.
HIV sendiri bisa menular melalui cairan tubuh, sex
tanpa kondom, penggunaaan jarum suntik bersama, dan juga penularan dari ibu
hamil ke janin. Jadi, jangan sampai salah, ya. HIV tidak akan menular lewat
sentuhan kulit, pelukan, dll seperti apa yang banyak beredar selama ini.
Tes HIV sendiri biasanya mengguankan sampel darah. Ini
diperlukan untuk mendeteksi sel CD4. Orang dengan HIV pada stadium satu
biasanya dapat hidup normal tanpa menunjukkan adanya gejala. Pada stadium dua,
daya tahan tubuh orang yang terpapar HIV akan mulai menurun.
Di stadium ketiga, gejala infeksi mulai muncul seperti
diare terus menerus, sariawan dan jamur disekitar mulut, dll. Sedangkan stadium
empat ditandai dengan turunnya jumlah sel CD4.
Pada orang normal memiliki sel CD4 antara 500-1200.
Namun pada orang terpapar HIV, jumlah sel CD4 kurang dari 200 karena banyak
yang dirusak oleh HIV. Sel CD4 sendiri adalah sel yang berperan melawan
infeksi. Saat sel ini jumlahnya tinggal sedikit, dia tak lagi mampu melakukan
tugasnya. Alhasil, akan banyak penyakit bermunculan di stadium ini.
Saat seseorang terpapar HIV, salah satu obat yang
harus dikonsumsi adalah obat Anti Retroviral. Obat ini tidak mampu membunuh
virus, tapi mampu menekan perkembangan virus. Bisa jadi saat kondisi stabil,
penderita mampu hidup dengan normal. Karenanya, penting untuk mendeteksi
keberadaan virus ini dalam tubuh. Semakin cepat terdeteksai, semakin cepat
mendapat penanganan, semakin besar peluang penderita mampu menjalani hidup
normal.
Mengenal Yayasan Rumah Lentera
Di tengah masyarakat, ternyata masih banyak orang yang
terpapar HIV terkucilkan. Tak sedikit pula anak-anak yang terlantar karena
dibuang oleh orang tua ataupun anggota keluarga lainnya. Melihat nasib mereka
yang tanpa perhatian, tergeraklah sepasang suami istri untuk merawat anak-anak
ini.
Melalui Yayasan Lentera, banyak anak tertolong dan
mendapatkan perhatian. Mereka dirawat dengan baik dengan kasih sayang dan
perhatian selayaknya sebuah keluarga. Tak lupa mereka selau diawasi terutama
dalam hal terapi dan pengobatan agar tetap dapat beraktivitas selayaknya orang
sehat.
Kisah Yayasan Lentera saat pertama berdiri bukan tanpa
haling rintang. Awal mula, mereka sering dicibir bahkan diusir hingga harus
berpindah tempat hingga beberapa kali. Lambat laun, sepak terjang yayasan ini
dalam kepeduliannya kepada penderita HIV dan Aids terutama yang masih anak-anak
banyak terekspos media. Ditambah dengan keterbukaan informasi tentang HIV dan
Aids membuat banyak orang lebih peduli terhadap penderita HIV dan Aids.
Kini Yayasan Lentera telah mempunyai rumah singgah
tetap di daerah Makam Pahlawan Jebres, Solo. Mereka tak lagi berjuang sendiri.
Setiap harinya yayasan ini didatangi oleh para relawan maupun donator dengan
membawa berbagai bentuk kepedulian bagi anak-anak yang tinggal di sana. Mulai
dari uang, perlengkapan dan keperluan sehari-hari, dll. Bukan seberapa besar
bantuan tersebut, tapi kepedulian dan sikap tidak mengucilkan juga perasaan
diterima masyarakat, tentu memberikan kebahagiaan tersendiri.
Bekal Bagi Relawan HIV Aids
Salah satu hal yang perlu diperhatikan bagi penderita
HIV Aids adalah konsumsi obat anti retroviralvirus setiap hari seumur hidup.
Tidak dapat dipungkiri, hal ini bisa mendatangkan kejenuhan. Belum termasuk
kalau penderita lupa atau terlambat minum obat. Karenanya peran relawan
diperlukan di sini.
Relawan pendamping bagi penderita HIV Aids sangat
penting. Bukan hanya sebatas mendampingi, mengingatkan akan pentingnya minum
obat, tapi juga memotivasi pasien agar terus optimis dalam hidup. Tidak sedikit
penderita ini merasa dunianya hancur. Mereka butuh penyemangat, juga tempat
sharing dan curhat.
Pasa sesi tanya jawab di acara charity kemarin, ada
seorang mahasiswa yang menyatakan ingin menjadi relawan HIV Aids. Mahasiswi itu
juga bertanya kepada narasumber apa saja syarat menjadi seorang relawan. Nih,
aku share di sini ya:
- Niatkan. Niat adalah koentji saat melakukan sesuatu. Termasuk saat memutuskan menjadi relawan.
- Kuatkan mental. Sebelum menguatkan orang lain, alangkah baiknya jika para relawan menguatkan diri terlebih dahulu. Bisa jadi aka nada beberapa masalah yang akn muncul pada saat pendampingan nanti.
- Perbanyak ilmu. Ilmu seputar HIV Aids tentu akan snagat membantu para relawan saat pendampingan. Sedikit banyak mereka harus tahu apa saja yang harus dilakukan ketika terjadi sesuatu.
- Belajar berkomunikasi. Belajar komunikasi agar pesan tersampaikan dengan baik. Komunikasi dengan para penderita pun bisa lancar dan baik.
- Asah empati. Relawan tak hanya mengingatkan penderita agar rajin minum obat tapi juga memberikan motivasi. Tak jarang para penderita putus asa dan hamper menyerah. Rasa empati ini diperlukan agar relawan dapat memahami perasaan penderita yang didampingi.
Nah, itu tadi acara charity for pita merah yang
diselenggarakan oleh Alana Hotel yang bekerjasama dengan berbagai pihak. Semoga
hasil dari acara ini dapat mendukung aktivitas di Yayasan Rumah Lentera yang
selama ini memberikan kepedulian kepada para penderita HIV Aids.
~ Hana Aina ~
Baca juga, ya ...
Cara ikut acara semacam ini bagaimana ya kak? Ada ketentuan khusus kah? Terimakasih :)
BalasHapusHai, Kak ...
HapusKebetulan waktu itu aku diundang sama pihak penyelenggara, Hotel Alana, untuk bergabung di acara tersebut :)