Menu

Minggu, 22 November 2020

Atasi Pneumonia pada Anak dengan Gerakan STOP Pneumonia


 

Setiap menit, dua anak meninggal karena pneumonia. Setiap tahunnya, hampir satu juta anak meninggal karena pneumonia.

Ngeri nggak, sih, kalau mendengar berita di atas. Mungkin sebagian kita belum mengenal betul tentang penyakit yang satu ini. Padahal Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 Kementrian Kesehatan Republik Indonesia memasukkan pneumonia sebagai penyebab kematian balita nomor dua setelah kelahiran prematur. Duh!

Pada tanggal 12 November 2020 kemarin, saya sempat mengikuti acara Peringatan Hari Pneumonia Dunia 2020 yang diselenggarakan secara daring. Banyak sekali peserta yang mengikuti acara ini, dari berbagai daerah di Indonesia. Acara ini juga dihadiri oleh OASE Kabinat Indonesia Maju. Ada Ibu wakil presiden, beberapa menteri, dan juga para ibu penggerak PKK di beberapa provinsi

 

Mengenal Pneumonia

Pneumonia memang tidak sepopuler sakit batuk dan pilek, ya. Namun alangkah baiknya jika kita mengenal lebih jauh tentang penyakit yang satu ini.

Pneumonia adalah radang yang menyerang paru-paru, baik itu paru-paru kanan maupun kiri. Penyebab penyakit infeksi ini bisa dari kuman, bakteri, virus, atau jamur. Pada penderita pneumonia, kantung udara atau yang biasa disebut alveoli yang seharusnya berisi udara malah diisi oleh cairan. Pada konsisi yang lebih parah lagi, kantung udara tersebut bahkan diisi oleh nanah.

Umumnya, penderita pneumonia mengalami batuk berdahak. Dahak yang dihasilkan bisa berwarna putih, kekuningan, atau bahkan kehijauan. Selain batuk, penderita juga mengalami demam. Penderita pun akan mengalami kesulitan bernapas, baik itu bernapas cepat atau bahkan sesak napas.

Akibat dari kesulitan bernapas, penderita pneumonia akan kekurangan oksigen. Ini akan mengakibatkan gangguan pada kerja sel tubuh. Tubuh bekerja tidak maksimal. Yang lebih fatal, kekurangan oksigen pada penderita pneumonia dapat menyebabkan kematian.

Penyakit infeksi pneumonia dapat menular lewat udara, terutama ketika penderita batuk dan bersin. Termasuk lewat benda-benda yang terkena percikan batuk atau bersin penderita.



 

Menangani Pneumonia

Save The Children Indonesia sebagai bagian dari gerakan Save The Children Internasional, bekerja memperjuangkan hak-hak anak di lebih dari 120 negara. Sudah sejak lama, Save The Children bekerja sama dengan banyak pihak untuk menangani penyakit infeksi pneumonia ini. Salah satu yang dilakukan adalah dengan mengkampanyekan perubahan prilaku untuk mengatasi pneumonia pada anak. Yang lebih dikenal dengan gerakan STOP Pneumonia.

S : Menerapkan praktek pengasuhan bayi sejak lahir dengan benar. Terutama pemberian Air Susu Ibu (ASI) sejak lahir hingga 6 bulan pertama kehidupan. Selain itu, perlindungan bisa dilakukan dengan pemberian MPASI yang tepat pada anak setelah usia 6 bulan. Lanjutkan pemberian ASI sampai usia 2 tahun.

T : Tuntaskan imunisasi dasar balita. Imunisasi ini lebih difokuskan pada imunisasi campak dan rubela (MR), DPT, HiB dan PCV. Biasakan pula untuk mencuci tangan dengan sabun. Tidak kalah penting adalah sirkulasi udara yang baik di rumah. Alangkah lebih baik lagi jika rumah bebas dari asap rokok.

O : Observasi kondisi anak sakit. Terutama jika anak menunjukkan gejala batuk berdahak, dengan, dan sesak napas. Orang tua bisa segera bawa anak ke pelayanan kesehatan terdekat, baik praktek dokter, puskesmas maupun rumah sakit.

P : Pastikan asupan bergizi bagi anak.




Menurut dr. Soedjatmiko, Sp.A yang menjadi salah satu nara sumber di acara Peringatan Hari Pneumonia Dunia 2020 mengatakan, salah satu penyebab anak mudah terserang pneumonia adalah kekebalan tubuh bayi dan balita yang rendah. Salah satu penyebabnya adalah lingkungan tempat tinggal yang tidak sehat.

Adanya asap terutama asap rokok karena bapak si anak dan lingkungan sekitar banyak yang merokok, juga merusak saluran napas. Hal ini diperparah dengan ventilasi dan sirkulasi udara rumah kurang baik.

Faktor lain penyebab daya tahan tubuh bayi dan balita rendah adalah pemberian ASI yang sedikit, asupan gizi yang kurang, faktor berat lahir rendah, serta pemberian imunisasi yang tidak lengkap.

Masih menurut dr. Soedjatmiko, Sp.A, ada beberapa hal bisa dilakukan sebegai pencegahan penularan pneumonia. Seperti saat ada anggota keluarga yang sedang sakit, terutama batuk dan pilek. Jangan mencium bayi dan balita! Pakailah masker dan segera berobat. Ini juga berlaku untuk orang sekitar bayi dan balita tersebut, ya. Jangan lupa tetap rajin mencuci tangan dengan sabun.

Stop rokok! Terutama bagi para bapak, nih. Bagaimanapun juga rokok lebih banyak memberikan efek buruk. Bagi perokok, ada ancaman berbagai macam penyakit. Salah satunya resiko kanker paru. Sedangkan bagi perokok pasif –istri dan anak-yang menghirup asap rokok, saluran napas beresiko rusak dan mudah terkena pneumonia. Alangkah baiknya jika uang untuk membeli rokok digunakan untuk membeli makanan bergizi bagi anak : telur, ikan, daging ayam, hati ayam, susu, dll.

dr. Soedjatmiko, Sp.A juga mengingatkan pentingnya imunisasi dan vitamin bagi bayi dan balita. Jika imunisasi belum lengkap, segera dilengkapi sebelum terjadi infeksi. Dan tak lupa, pemberian ASI! Di dalam ASI terdapat nutrisi lengkap yang dibutuhkan bayi dan balita untuk membentuk sistem kekebalan tubuh.

Untuk meningkatkan pengetahuan, dr. Soedjatmiko, Sp.A menganjurkan orang tua bayi dan balita untuk membaca buku KIA. Biasanya buku KIA diberikan semenjak ibu hamil. Di dalam buku tersebut banyak informasi berharga yang dapat dipraktekkan terutama para ibu meningkatkan kesehatan bayi dan balita.

Masih menurut dr. Soedjatmiko, Sp.A, peran aktif posyandu juga penting dalam memantau perkembangan bayi dan balita. Banyak hal yang harus dipantau :

Evaluasi status gizi dan pertumbuhan anak. Jika kurang, petugas posyandu dapat melakukan intervensi gizi agar kondisi bayi dan balita segera membaik.

Imunisasi bayi dan balita. Jika ada bayi dan balita yang imunisasinya belum lengkap, harus segera dilengkapi.

Evaluasi spikomotorik bayi dan balita. Ini terutama bagi anak usia 3 bulan hingga 6 tahun. Tidak lupa pula merangsang kecerdasan dan potensi anak melalui permainan.



Infeksi pneumonia pada bayi dan balita bisa dicegah dan disembuhkan dengan peran banyak pihak : masyarakat, tenaga kesehatan, dan juga pemerintah. Pengetahuan orang tua akan penyakit ini harus ditingkatkan dengan banyak membaca terutama buku panduan KIA dan juga berkonsultasi dengan tenaga kesehatan.

Dalam acara Peringatan Hari Pneumonia Dunia 2020 juga menghadirkan beberapa public figure yang memiliki pengalaman dengan anak mereka yang terkena pneumonia. Dengan adanya sharing pengalaman dan ilmu yang pernah mereka terapkan dalam mendampingi anak mereka selama menjalani pengobatan pneumonia, diharapkan banyak masyarakat juga lebih kenal dan waspada terhadap infeksi pneumonia ini.




~ Hana Aina ~

   

Baca juga, ya ...


23 komentar:

  1. Pneumonia ternyata se-mengerikan itu ya dampaknya.
    Keluarga Indonesia harus aware nih seputar bahaya pneumonia.
    Artikel yg mencerahkan seperti ini kudu di-share ke banyak parents.

    BalasHapus
  2. nama Pneumonia memang gak sepopuler batuk pilek, tapi efeknya melebih dua penyakit ini ya bahlan bisa mematikan. Perlu banget kampanye seperti ini supaya lebih aware lagi orang tua

    BalasHapus
  3. Ternyata pneumonia bisa disebabkan dari bersin, batuk, udara dan benda2 pribadi yach, baru ngeh aku :( Sedih ternayta banyak anak2 Indonesia yang renta terjangkit penyakit ini. Imunisasi kudu lengkap, jaga pola makan dan gaya hidup :) Semoga makin erkurang pengidapnya.

    BalasHapus
  4. Aku dulu suka gemas sama bayi atau anak-anak. Sekarang sudah sadar dan sama ponakan juga gak sering cium-cium apalagi aku sering kena pilek. Pokoknya kita harus berusaha cegah pneumonia

    BalasHapus
  5. Ya Allah kalau udah ngomongin soal pneumonia ini suka bikin aku merinding mba. Soalnya salah satu penyebab terbesar terbunuhnya anak-anak ya hiks. Anak-anak temenku banyak yang kena juga. Jadi ke akunya juga jadi takut. Makasih mba tulisannya. Jadi mengingatkanku untuk menjaga kebersihan dan kesehatan keluarga

    BalasHapus
  6. Pemberian ASI memang penting banget ya selama 2 tahun agar anak bisa memiliki antibodi yang kuat, semoga para ibu dan si kecil selalu diberikan kekuatan dan kesehatan

    BalasHapus
  7. Sepertinya masih banyak juga yang belum menyadari Pneumonia. Padahal mengerikan juga untuk bayi dan anak bila sampai kena. Orang tua harus waspada dengan penyakit ini

    BalasHapus
  8. Hiks mengerikan banget kalo baca2 tentang pnemonia ini, palagi buat anak2, miris banget. Semoga edukasi2 semacam ini membukakan kessadaran buat para orang tua dan masyarakat umum untuk selalu menjaga kesehatan.

    BalasHapus
  9. Pneumonia jadi penyebab kematian kedua bagi balita di Indonesia, wah ngeri juga ya. Iya sih bener, nama pneumonia ini nggak seterkenal batuk pilek, tapi efeknya ternyata sangat berbahaya bagi anak-anak ya.

    BalasHapus
  10. Semangat untuk mencegah pneumonia ini harus kita dukung ya mba. INi tentunya bisa bermanfaat pastinya untuk anak anak. Orangtua juga lebih aware ya

    BalasHapus
  11. pneumonia ini penyakit yang menular dan mematikan ya mbak
    tapi sebenarnya bisa dicegah dan diobati, caranya ya dgn stop pneumonia ini
    dan semua pihak harus terlibat ya mbak

    BalasHapus
  12. Ini beberapa bulan lalu sepupuku ada yang terkena infeksi pneumonia, sempat menjalankan perawatan di rumah sakit tapi sekarang sudah di rumah lagi.

    BalasHapus
  13. STOP Pneumonia dengan mengingat 4 hal ya mba, memberikan ASI, tuntaskan imunisasi, obati, dan penuhi kebutuhan gizi. InsyaAllah kalau kita fokus pada keempat hal tersebut tak hanya pneumonia...penyakit lain juga jauh-jauh deh

    BalasHapus
  14. Ngeri juga yaa kalau awal kena peunomia itu sama seperti penularan flu, dari bersin batuk dll. Semoga dengan program STOP anak-anak kita terhindar dari penyakit ini ya, Mba

    BalasHapus
  15. Bukan hanya kita orang dewasa ya, bayi dan anak=anak pun harus diperhatikan kekebalan tubuh mereka bagaimana. Jangan sampai kena pneumonia.

    BalasHapus
  16. Kalau gerakan STOP Pneumonia benar-benar dilakukan oleh semua keluarga, nggak cuma pneumonia yang bisa dicegah tapi juga penyakit-penyakit lain. Karena pesan kunci STOP bisa meningkatkan kualitas kesehatan anak.

    BalasHapus
  17. Pneumonia itu bahaya ya mak. Kadang ga disadari malah. Ini yang bikin makin banyak apalagi dari anak kecil yang daya tahan tubuhnya lemah

    BalasHapus
  18. klao anak yang kena tentulah tambah kasihan karena mereka tidak bisa mengungkapkan secara jelas apa yang mnejadi keluha mereka

    BalasHapus
  19. Ngeri ya kalo setiap menit ada dua anak meninggal karena pneumonia. Aku dulu waktu anak-anak masih di bawah usia 10 tahun, suka waswas dengan penyakit ini. Jadi belajar masak agar asupan nutrisi mereka memiliki nilai gizi yang seimbang

    BalasHapus
  20. Beberapa kali saya mendengar berita anak-anak di daerah sini yang tutup usia disebabkan pneumonia. Hiks. Semoga tulisan ini bisa memberikan edukasi pada masyarakat betapa pneumonia itu harus diwaspadai.

    BalasHapus
  21. Pneumonia termasuk penyakit yang berbahaya.
    Sedih sekali kalau tidak ditangani dengan cara yang tepat.

    BalasHapus
  22. pneumonia emang berbahaya ya,ada anak temanku meninggal karena pneumonia , sediiih deh. Semoga bayi lainnya bebas pneumonia dengan kesadaran orang dewasa di sekitarnya.

    BalasHapus
  23. ya allah ternyata dampak pneumonia menyeramkan ya mbak, saya jadi lebih waspada karena banyak saudara saya yang perokok berat. Bahkan di depan anak-anak mereka juga tetap merokok, huhu sedih banget melihat orang tua yang kurang perhatian pada keluarga

    BalasHapus

Terima kasih telah berbagi komentar