Setiap menit, dua anak meninggal karena pneumonia. Setiap tahunnya, hampir satu juta anak meninggal karena pneumonia.
Ngeri nggak, sih, kalau mendengar berita di atas. Mungkin
sebagian kita belum mengenal betul tentang penyakit yang satu ini. Padahal Riset
Kesehatan Dasar tahun 2013 Kementrian Kesehatan Republik Indonesia memasukkan
pneumonia sebagai penyebab kematian balita nomor dua setelah kelahiran prematur.
Duh!
Pada tanggal 12 November 2020 kemarin, saya sempat
mengikuti acara Peringatan Hari Pneumonia Dunia 2020 yang diselenggarakan
secara daring. Banyak sekali peserta yang mengikuti acara ini, dari berbagai
daerah di Indonesia. Acara ini juga dihadiri oleh OASE Kabinat Indonesia Maju. Ada Ibu wakil presiden, beberapa menteri, dan juga para ibu penggerak PKK di beberapa provinsi
Mengenal Pneumonia
Pneumonia memang tidak sepopuler sakit batuk dan
pilek, ya. Namun alangkah baiknya jika kita mengenal lebih jauh tentang
penyakit yang satu ini.
Pneumonia adalah radang yang menyerang paru-paru, baik
itu paru-paru kanan maupun kiri. Penyebab penyakit infeksi ini bisa dari kuman,
bakteri, virus, atau jamur. Pada penderita pneumonia, kantung udara atau yang
biasa disebut alveoli yang seharusnya berisi udara malah diisi oleh cairan. Pada
konsisi yang lebih parah lagi, kantung udara tersebut bahkan diisi oleh nanah.
Umumnya, penderita pneumonia mengalami batuk berdahak.
Dahak yang dihasilkan bisa berwarna putih, kekuningan, atau bahkan kehijauan.
Selain batuk, penderita juga mengalami demam. Penderita pun akan mengalami kesulitan
bernapas, baik itu bernapas cepat atau bahkan sesak napas.
Akibat dari kesulitan bernapas, penderita pneumonia
akan kekurangan oksigen. Ini akan mengakibatkan gangguan pada kerja sel tubuh. Tubuh
bekerja tidak maksimal. Yang lebih fatal, kekurangan oksigen pada penderita
pneumonia dapat menyebabkan kematian.
Penyakit infeksi pneumonia dapat menular lewat udara,
terutama ketika penderita batuk dan bersin. Termasuk lewat benda-benda yang
terkena percikan batuk atau bersin penderita.
Menangani Pneumonia
Save The Children Indonesia sebagai bagian dari
gerakan Save The Children Internasional, bekerja memperjuangkan hak-hak anak di
lebih dari 120 negara. Sudah sejak lama, Save The Children bekerja sama dengan
banyak pihak untuk menangani penyakit infeksi pneumonia ini. Salah satu yang
dilakukan adalah dengan mengkampanyekan perubahan prilaku untuk mengatasi
pneumonia pada anak. Yang lebih dikenal dengan gerakan STOP Pneumonia.
S
: Menerapkan
praktek pengasuhan bayi sejak lahir dengan benar. Terutama pemberian Air Susu
Ibu (ASI) sejak lahir hingga 6 bulan pertama kehidupan. Selain itu,
perlindungan bisa dilakukan dengan pemberian MPASI yang tepat pada anak setelah
usia 6 bulan. Lanjutkan pemberian ASI sampai usia 2 tahun.
T
: Tuntaskan imunisasi
dasar balita. Imunisasi ini lebih difokuskan pada imunisasi campak dan rubela
(MR), DPT, HiB dan PCV. Biasakan pula untuk mencuci tangan dengan sabun. Tidak
kalah penting adalah sirkulasi udara yang baik di rumah. Alangkah lebih baik
lagi jika rumah bebas dari asap rokok.
O
: Observasi kondisi
anak sakit. Terutama jika anak menunjukkan gejala batuk berdahak, dengan, dan sesak
napas. Orang tua bisa segera bawa anak ke pelayanan kesehatan terdekat, baik praktek
dokter, puskesmas maupun rumah sakit.
P : Pastikan asupan bergizi bagi anak.
Menurut dr. Soedjatmiko, Sp.A yang menjadi salah satu
nara sumber di acara Peringatan Hari Pneumonia Dunia 2020 mengatakan, salah
satu penyebab anak mudah terserang pneumonia adalah kekebalan tubuh bayi dan
balita yang rendah. Salah satu penyebabnya adalah lingkungan tempat tinggal
yang tidak sehat.
Adanya asap terutama asap rokok karena bapak si anak
dan lingkungan sekitar banyak yang merokok, juga merusak saluran napas. Hal ini
diperparah dengan ventilasi dan sirkulasi udara rumah kurang baik.
Faktor lain penyebab daya tahan tubuh bayi dan balita
rendah adalah pemberian ASI yang sedikit, asupan gizi yang kurang, faktor berat
lahir rendah, serta pemberian imunisasi yang tidak lengkap.
Masih menurut dr. Soedjatmiko, Sp.A, ada beberapa hal
bisa dilakukan sebegai pencegahan penularan pneumonia. Seperti saat ada anggota
keluarga yang sedang sakit, terutama batuk dan pilek. Jangan mencium bayi dan balita! Pakailah masker dan segera berobat.
Ini juga berlaku untuk orang sekitar bayi dan balita tersebut, ya. Jangan lupa
tetap rajin mencuci tangan dengan sabun.
Stop
rokok! Terutama bagi
para bapak, nih. Bagaimanapun juga rokok lebih banyak memberikan efek buruk.
Bagi perokok, ada ancaman berbagai macam penyakit. Salah satunya resiko kanker
paru. Sedangkan bagi perokok pasif –istri dan anak-yang menghirup asap rokok, saluran
napas beresiko rusak dan mudah terkena pneumonia. Alangkah baiknya jika uang untuk membeli rokok digunakan untuk membeli makanan bergizi bagi anak :
telur, ikan, daging ayam, hati ayam, susu, dll.
dr. Soedjatmiko, Sp.A juga mengingatkan pentingnya imunisasi
dan vitamin bagi bayi dan balita. Jika imunisasi belum lengkap, segera
dilengkapi sebelum terjadi infeksi. Dan tak lupa, pemberian ASI! Di dalam ASI terdapat nutrisi lengkap yang
dibutuhkan bayi dan balita untuk membentuk sistem kekebalan tubuh.
Untuk meningkatkan pengetahuan, dr. Soedjatmiko, Sp.A
menganjurkan orang tua bayi dan balita untuk membaca buku KIA. Biasanya buku KIA diberikan semenjak ibu hamil.
Di dalam buku tersebut banyak informasi berharga yang dapat dipraktekkan
terutama para ibu meningkatkan kesehatan bayi dan balita.
Masih menurut dr. Soedjatmiko, Sp.A, peran aktif posyandu
juga penting dalam memantau perkembangan bayi dan balita. Banyak hal yang harus
dipantau :
Evaluasi
status gizi dan pertumbuhan anak. Jika kurang, petugas posyandu dapat melakukan intervensi gizi agar kondisi
bayi dan balita segera membaik.
Imunisasi
bayi dan balita. Jika ada
bayi dan balita yang imunisasinya belum lengkap, harus segera dilengkapi.
Evaluasi
spikomotorik bayi dan balita.
Ini terutama bagi anak usia 3 bulan hingga 6 tahun. Tidak lupa pula merangsang
kecerdasan dan potensi anak melalui permainan.
Infeksi pneumonia pada bayi dan balita bisa dicegah
dan disembuhkan dengan peran banyak pihak : masyarakat, tenaga kesehatan, dan
juga pemerintah. Pengetahuan orang tua akan penyakit ini harus ditingkatkan
dengan banyak membaca terutama buku panduan KIA dan juga berkonsultasi dengan
tenaga kesehatan.
Dalam acara Peringatan Hari Pneumonia Dunia 2020 juga
menghadirkan beberapa public figure yang memiliki pengalaman dengan anak mereka
yang terkena pneumonia. Dengan adanya sharing pengalaman dan ilmu yang pernah
mereka terapkan dalam mendampingi anak mereka selama menjalani pengobatan
pneumonia, diharapkan banyak masyarakat juga lebih kenal dan waspada terhadap
infeksi pneumonia ini.
~ Hana Aina ~
Baca juga, ya ...
Pneumonia ternyata se-mengerikan itu ya dampaknya.
BalasHapusKeluarga Indonesia harus aware nih seputar bahaya pneumonia.
Artikel yg mencerahkan seperti ini kudu di-share ke banyak parents.
nama Pneumonia memang gak sepopuler batuk pilek, tapi efeknya melebih dua penyakit ini ya bahlan bisa mematikan. Perlu banget kampanye seperti ini supaya lebih aware lagi orang tua
BalasHapusTernyata pneumonia bisa disebabkan dari bersin, batuk, udara dan benda2 pribadi yach, baru ngeh aku :( Sedih ternayta banyak anak2 Indonesia yang renta terjangkit penyakit ini. Imunisasi kudu lengkap, jaga pola makan dan gaya hidup :) Semoga makin erkurang pengidapnya.
BalasHapusAku dulu suka gemas sama bayi atau anak-anak. Sekarang sudah sadar dan sama ponakan juga gak sering cium-cium apalagi aku sering kena pilek. Pokoknya kita harus berusaha cegah pneumonia
BalasHapusYa Allah kalau udah ngomongin soal pneumonia ini suka bikin aku merinding mba. Soalnya salah satu penyebab terbesar terbunuhnya anak-anak ya hiks. Anak-anak temenku banyak yang kena juga. Jadi ke akunya juga jadi takut. Makasih mba tulisannya. Jadi mengingatkanku untuk menjaga kebersihan dan kesehatan keluarga
BalasHapusPemberian ASI memang penting banget ya selama 2 tahun agar anak bisa memiliki antibodi yang kuat, semoga para ibu dan si kecil selalu diberikan kekuatan dan kesehatan
BalasHapusSepertinya masih banyak juga yang belum menyadari Pneumonia. Padahal mengerikan juga untuk bayi dan anak bila sampai kena. Orang tua harus waspada dengan penyakit ini
BalasHapusHiks mengerikan banget kalo baca2 tentang pnemonia ini, palagi buat anak2, miris banget. Semoga edukasi2 semacam ini membukakan kessadaran buat para orang tua dan masyarakat umum untuk selalu menjaga kesehatan.
BalasHapusPneumonia jadi penyebab kematian kedua bagi balita di Indonesia, wah ngeri juga ya. Iya sih bener, nama pneumonia ini nggak seterkenal batuk pilek, tapi efeknya ternyata sangat berbahaya bagi anak-anak ya.
BalasHapusSemangat untuk mencegah pneumonia ini harus kita dukung ya mba. INi tentunya bisa bermanfaat pastinya untuk anak anak. Orangtua juga lebih aware ya
BalasHapuspneumonia ini penyakit yang menular dan mematikan ya mbak
BalasHapustapi sebenarnya bisa dicegah dan diobati, caranya ya dgn stop pneumonia ini
dan semua pihak harus terlibat ya mbak
Ini beberapa bulan lalu sepupuku ada yang terkena infeksi pneumonia, sempat menjalankan perawatan di rumah sakit tapi sekarang sudah di rumah lagi.
BalasHapusSTOP Pneumonia dengan mengingat 4 hal ya mba, memberikan ASI, tuntaskan imunisasi, obati, dan penuhi kebutuhan gizi. InsyaAllah kalau kita fokus pada keempat hal tersebut tak hanya pneumonia...penyakit lain juga jauh-jauh deh
BalasHapusNgeri juga yaa kalau awal kena peunomia itu sama seperti penularan flu, dari bersin batuk dll. Semoga dengan program STOP anak-anak kita terhindar dari penyakit ini ya, Mba
BalasHapusBukan hanya kita orang dewasa ya, bayi dan anak=anak pun harus diperhatikan kekebalan tubuh mereka bagaimana. Jangan sampai kena pneumonia.
BalasHapusKalau gerakan STOP Pneumonia benar-benar dilakukan oleh semua keluarga, nggak cuma pneumonia yang bisa dicegah tapi juga penyakit-penyakit lain. Karena pesan kunci STOP bisa meningkatkan kualitas kesehatan anak.
BalasHapusPneumonia itu bahaya ya mak. Kadang ga disadari malah. Ini yang bikin makin banyak apalagi dari anak kecil yang daya tahan tubuhnya lemah
BalasHapusklao anak yang kena tentulah tambah kasihan karena mereka tidak bisa mengungkapkan secara jelas apa yang mnejadi keluha mereka
BalasHapusNgeri ya kalo setiap menit ada dua anak meninggal karena pneumonia. Aku dulu waktu anak-anak masih di bawah usia 10 tahun, suka waswas dengan penyakit ini. Jadi belajar masak agar asupan nutrisi mereka memiliki nilai gizi yang seimbang
BalasHapusBeberapa kali saya mendengar berita anak-anak di daerah sini yang tutup usia disebabkan pneumonia. Hiks. Semoga tulisan ini bisa memberikan edukasi pada masyarakat betapa pneumonia itu harus diwaspadai.
BalasHapusPneumonia termasuk penyakit yang berbahaya.
BalasHapusSedih sekali kalau tidak ditangani dengan cara yang tepat.
pneumonia emang berbahaya ya,ada anak temanku meninggal karena pneumonia , sediiih deh. Semoga bayi lainnya bebas pneumonia dengan kesadaran orang dewasa di sekitarnya.
BalasHapusya allah ternyata dampak pneumonia menyeramkan ya mbak, saya jadi lebih waspada karena banyak saudara saya yang perokok berat. Bahkan di depan anak-anak mereka juga tetap merokok, huhu sedih banget melihat orang tua yang kurang perhatian pada keluarga
BalasHapus