Kukira penyakit kusta sudah hilang dari Indonesia, tapi ternyata …
Meski jumlahnya sedikit, tapi penyakit kusta atau yang
juga dikenal dengan lepra itu masih ada di Indonesia. Dulu saat masih sekolah, saya
hanya sekilas mengetahui tentang salah satu penyakit ini. Sejauh yang saya tahu
penyakit ini menular dan ternyata tidak sedikit masyarakat yang mengucilkan
penderitanya.
Sungguh, saya tidak bisa membayangkan penderitaan penderita
penyakit kusta. Mereka harus berjuang dengan penyakitnya. Mereka butuh dukungan
dari orang terdekat. Namun nyatanya masyarakat sekitar mengucilkannya. Duh!
Etapi itu dulu, ya. Sekarang, banyak usaha yang
dilakukan pemerintah untuk mengedukasi masyarakat tentang penyakit ini. Dengan
banyaknya informasi diberikan kepada masyarakat, diharapkan masyarakat jadi
lebih tahu dan kenal dengan penyakit ini.
Beberapa waktu lalu, saya mengikuti acara di KBR
dengan topik pembahasan tentang penyakit kusta. Dalam kesempatan ini, ada dua
tokoh yang dihadirkan. Ada bapak Komarudin, S.Sos.M.Kes selaku Wasor Kusta Kab.
Bone, dan juga bapak Dr. Rohman Budijanto, SH, MH selaku Direktur Eksekutif The
Jawa Pos Institute of Pro-otonomi.
Penyebab
Penyakit Kusta
Penyakit kusta termasuk penyakit infeksi. Penyebabnya
adalah bakteri Mycobacterium leprae.
Bakteri ini menyerang jaringan kulit dan syaraf tepi. Sebenarnya penyakit kusta
ini termasuk penyakit menular, ya. Namun cara penularannya tidak mudah.
Penyakit kusta menular melalui ludah, dahak, dan juga
droplet. Untuk tertular penyakit ini, seseorang harus terpapar ludah, dahak,
dan droplet penderita terus menerus. Bukan yang sekali kena langsung tertular.
Bakteri Mycobacterium
leprae butuh waktu untuk berkembangbiak
dalam tubuh baru. Berhasil atau tidaknya bakteri ini berkembangbiak akan
berbeda pada masing-masing orang.
Daya tahan tubuh adalah salah satu banteng agar
bakteri Mycobacterium leprae tidak
dapat berkembang biak. Jika memiliki daya tahan tubuh baik, seseorang tidak akan
mudah tertular.
Baca
juga >>> Bumil Mulai Merasakan Stress? Lakukan 7 Hal Ini Agar Bumil Lebih Menikmati Masa Kehamilan
Kenali
Gejala Penyakit Kusta
Bapak Komarudin banyak memberikan informasi tentang
perkembangan penyakit kusta di Bone. Tahun ini, penderita penyakit kusta
menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Salah satu peyebabnya karena
berkurangnya aktivitas pendataan yang dilakukan tenaga kesehatan.
Selama pandemik berlangsung, beberapa aturan baru
diberlakukan. Salah satunya adalah saling menjaga jarak. Akibatnya, beberapa
kegiatan harus dibatasi. Tidak semua kegiatan bisa dilaksanakan, termasuk
pendataan kepada masyarakat yang terindikasi terkena penyakit kusta.
Biasanya, pemerintah bekerjasama dengan para kader dan
tenaga kesehatan melakukan pendataan terhadap masyarakat yang memiliki kelainan
pada kulit. Semisal munculnya bercak bercak pada kulit.
Jika terdapat masyarakat yang mengalami kelainan
kulit, data tersebut akan ditindaklanjuti oleh pihak puskesmas terdekat. Pemeriksana
lebih lanjut dilakukan untuk memastikan apakah bercak tersebut mengarah pada
penyakit kusta.
Selain munculnya bercak pada kulit, menurut beberapa
sumber, ada gejala lain yang bisa untuk mendiagnosa penyakit kusta:
- Kulit mati rasa
- Muncul luka tapi tidak terasa
Yang
Perlu Diperhatikan Penderita Penyakit Kusta
Bagi orang yang sudah menderita penyakit kusta,
semakin cepat mendapatkan pengobatan dapat mencegah keparahan penyakit ini. Jangan
menunggu sampai parah. Duh!
Seperti yang saya katakan sebelumnya, yang banyak
membuat takut masyarakat adalah dampak dari penyakit ini, yaitu kecacatan.
Untuk mencegah kecacatan, menurut Bapak Komarudin,
penderita harus lebih memperhatikan kondisi diri terutama pada daerah tangan,
mata, dan kaki. Perhatikan tangan jika terdapat luka, mata mengalami kabur
pandangan, dan kaki mengalami mati rasa.
Jika sudah mendapatkan gelaja tersebut, segeralah ke
puskesmas untuk mendapatkan pengobatan.
Para penderita penyakit kusta juga harus merawat diri.
Luka yang muncul harus dirawat dengan baik dengan metode rendam-gosok-oles:
- Rendam luka dengan air
- Bersihkan luka
- Tipiskan pinggiran luka
- Oleskan obat pada luka
- Balut luka dengan baik
Satu hal penting lain yang harus diperhatikan
penderita penyakit kusta adalah rajin memeriksakan diri ke puskesmas, terutama
untuk monitoring fungsi syaraf. Lagi-lagi ini dilakukan untuk menghindari
kecacatan permanen.
Baca
juga >>> Eat, Pray, and Health
Mencegah
Penularan Penyakit Kusta
Hingga saat ini, belum ada vaksin untuk mencegah
penyakit kusta. Penegakan diagnosa dan pengobatan yang segera dan tepat dapat memutus
mata rantai penularan. Hal ini dapat menurunkan angka kejadian penyakit kusta,
mengobati penyakit, serta mencegah timbulnya kecacatan.
Selain melakukan pengobatan, pemerintah melalui
kader-kadernya juga melakukan edukasi pada masyarakat. Dengan banyaknya
infromasi yang diberikan kepada masyarakat tentang penyakit kusta, penderita lebih
sadar dan mau memeriksakan diri sedini mungkin. Sedangkan bagi masyarakat,
edukasi penyakit kusta dapat membantu menghilangkan stigma buruk pada
penderita.
Soal
Stigma Masyarakat
Stigma masyarakat yang buruk, menganggap ini penyakit
turunan atau juga kutukan, membuat penderitanya semakin terkucil. Padahal ini
adalah penyakit infeksi dan dapat disembuhkan.
Penderita kusta dapat sembuh, meski terkadang harus
menerima kenyataan akan dampak buruk penyakit ini, yaitu kecacatan. Hal ini
dapat membuat mantan penderita, atau yang biasa disebut OYPMK (Orang yang
Pernah Mengalami Kusta) merasa minder.
Menurut Pak Rohman, banyak perusahaan yang kini
menerima difabel. Salah satunya adalah perusahaan yang dipimpinnya. Tidak ada
diskriminasi bahkan dimulai saat perekrutan. Semua calon pekerja menjalani cara
seleksi yang sama.
Kompetensi adalah kunci. Selama calon pekerja memiliki
kompetensi yang dibutuhkan dan mampu melaksakan tugas dengan baik, disabilitas
bukan halangan untuk bekerja.
Masih menurut Pak Rohman, di zaman new normal ini,
alangkah baik jika OYPMK mendapatkan keahlian online. Ini juga untuk menjawab
stigma negatif masyarakat yang terkadang masih kurang mau berinteraksi dengan
OYPMK.
Baca
juga >>> 7 Langkah Meningkatkan Kualitas Tidur
Penyakit kusta bukan kutukan. Tidak seharusnya
penderitanya dikucilkan. Yuk, lebih banyak mencrai infromasi tentang penyakit
kusta agar tidak ada lagi stigma negatif tentangnya.
Sumber
Referensi :
https://www.alodokter.com/kusta
https://www.halodoc.com/kesehatan/kusta
https://www.halodoc.com/artikel/ketahui-3-jenis-kusta-dan-gejala-yang-dialami
~ Hana Aina ~
Baca juga,
ya ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berbagi komentar