BESTie, kalau lagi suntuk, butuh me time,
biasanya ngapain aja?
Ngemil? Nyalon? Atau nonton?
Salah satu kegiatanku saat butuh me time
adalah nonton. Nonton film, sih, biasanya. Kebetulan keluargaku ada beberapa koleksi
VCD dan DVD. Ya Alloh, ketahuan ini hidup di tahun berapa masih punya VCD dan DVD,
wkwkwk.
Biasanya kami membeli VCD dan DVD karena memang ingin
memiliki film tersebut sebagai koleksi. Film yang kami miliki dari berbagai
genre. Ada drama, kartun, fantasi, bahkan film action. Maklum, anggota
keluarganya banyak dan masing-masing punya genre dan film favorit.
Bagiku, punya koleksi film favorit
mempermudahku saat ingin nonton. Saat ingin me time di rumah, misalnya, tinggal
pasang VCD atau DVD nya ke DVD player, kumpulin cemilan, lalu duduk manis.
Selain mendukung me time ku yang lebih suka di rumah aja, atau lebih tepatnya
di kamar aja, koleksi film dengan berbagai genre juga membantuku jika sewaktu-waktu
saya butuh inspirasi saat menulis cerita.
Salah satu genre favoritku adalah drama komedi. Satu
di antara koleksi filmku adalah The Devil Wear Prada.
Baca juga >>> 5 Tips Hemat yang Perlu Dicoba saat Kamu Akan Piknik
Kenapa The Devil Wears
Prada? Ada apa?
Ya ya, saya tahu ini adalah film lama. Film ini
dirilis belasan tahun lalu. Tepatnya tahun 2006 dan disutradarai oleh David
Frinkel. Film ini di adaptasi dari novel karya Lauren Weisberger tahun 2003.
Nah, loh. Novelnya bahkan lebih tua lagi, haha.
Namun ini adalah salah satu film favoritku. Sedikit
banyak, film ini menginspirasiku dalam kehidupan sehari-hari. Saya pertama kali
melihat film ini tanpa sengaja. Saat itu, saya melihat sebuah film dan di situ terdapat
iklan film lain. Film inilah yang muncul. Meski hanya sekilas, tapi entah mengapa
cuplikan film The Devil Wears Prada ini menarik perhatianku. Setelahnya, saya berburu film ini dan
dapat!
The Devil Wear Prada mengisahkan Andrea, seorang fresh
graduate yang ingin bekerja sebagai jurnalis. Namun dia malah diterima di
sebuah majalah fashion sebagai asisten junior editor. Andrea menganggap ini
sebagai batu loncatan untuk pekerjaan impiannya. Selama bekerja, Andrea mendapat
ejekan dari seniornya, Emily, karena dianggap berpenampilan kuno. Berkat
nasehat dan bantuan dari art derector, Nigel, Andrea bertransformasi dan
mulai peduli dengan penampilannya. Di satu sisi, pekerjaan Andrea sangat
menyita waktunya. Bahkan kehidupan pribadinya mulai berantakan.
Film ini mempertontonkan kehidupan para budak korporat
yang diwakili oleh Andrea. Dia sering bekerja di bawah tekanan, jam kerja yang
panjang, dan harus sabar menghadapi atasannya yang penuh drama. Di film ini juga
memperlihatkan hal-hal yang terjadi di dunia kerja. Mulai dari persaingan antar
rekan kerja yang saling sikut, senioritas di tempat kerja, atasan yang
menyebalkan, hingga jam kerja yang kurang manusiawi.
Salah satu alasan film ini menjadi favoritku karena nasibku
saat itu hampir sama dengan Andrea. Melihatnya jatuh bangun bertahan di tempat
kerja membuatku seolah bercermin lalu berkata, “kok hampir sama, ya. Apa dunia
kerja memang seperti ini?”
Saat itu saya seorang fresh graduate yang bekerja
dengan atasan yang suka drama. Dunia kerjaku juga kurang sehat, menurutku,
karena senioritas yang berlebihan. Semua ini mengejutkanku. Saya tidak pernah
membayangkan dunia kerja sangat berbeda dengan dunia kampus. Tidak seindah
impian, BESTie!
Baca juga >>> 7 Cara Simpel Merancang Acara Tanpa Ribet
Emang Dapat Apa dari Flim
Ini?
Saat menonton film, biasanya saya benar-benar
memperhatikan alur cerita dan karakter tokohnya. Termasuk saat menonton film
The Devil Wears Prada ini.
Saya mengamati adegan demi adegan dimana Andrea
berusaha bertahan sebagai asisten junior Miranda. Saya juga memperhatikan, keputusan-keputusan
kecil yang dibuat Andrea hingga mampu mengubahnya menjadi lebih baik. Bukan
hanya penampilannya yang menyesuaikan sebagai sisten editor majalah fashion
ternama, tapi juga memperbaiki hubungannya dengan orang-orang di sekitarnya,
termasuk dengan atasannya.
Ini semacam pelajaran hidup yang saya dapatkan meski
lewat film. Meski film adalah cerita fiksi, akan selalu ada hal positif yang
bisa saya ambil. Hal-hal inilah yang menyadarkanku akan banyak hal dalam
kehidupan kantor maupun pribadi :
- Gambaran tentang dunia kerja. Dengan melihat film ini, saya mendapat banyak insight
tentang dunia kerja. Baik itu hubungan dengan atasan, maupun rekan kerja. Dengan
lebih banyak tahu, saya merasa lebih tenang dan siap menghadapi berbagai drama
di kantor.
- Lebih fokus bekerja dan tidak mudah terdistraksi
dengan gangguan. Entah
kenapa setelah melihat film The Devil Wears Prada ini saya lebih bersemangat. Bisa
jadi semangat Andrea dalam bekerja dan memberikan hal terbaik bagi pekerjaannya
juga mempengaruhiku. Pun demikian dengan tekad Andrea untuk bertahan hingga kontraknya
selesai. Semua ini membuatku lebih menikmati saat mengerjakan tugas-tugasku dan
tidak banyak terpengaruh dengan drama-drama di kantor.
- Memperbaiki diri. Apa yang dilakukan Andrea menginspirasiku. Dia
memperbaiki penampilannya menjadi lebih baik. Pun demikian denganku. Memang
tidak perlu tampil heboh, tapi tampil rapi, wangi, dan juga penuh senyum adalah
hal kecil yang kulakukan agar lebih baik. Ini juga mengingatkanku pada salah
buku yang mengatakan, penilain saat perjumpaan pertama adalah penampilan, bukan
isi otak.
- Pembatasan jam kerja. Meski secara teori jam kerjaku adalah jam kantor,
tapi sering sekali atasanku saat itu memberikan perintah di luar jam kerja. Saat
tengah malam pun tidak menghentikannya untuk terus mengirim pesan ke ponselku. Bahkan
saat bangun tidur pun ponselku sudah penuh dengan pesan-pesan darinya. Saya merasa
sangat terganggu. Saya tidak mau bernasib seperti Andrea yang mengabdikan seharian
hidupnya untuk atasannya. Karenanya, saya mulai menerapkan batasan-batasan,
termasuk terhadap urusan pekerjaan. Sekiranya hal tersebut tidak urgent
dan bisa dikerjakan di jam kantor, saya akan mengabaikannya. Saya akan sangat slow
respon karena saya merasa punya hak atas waktu saya untuk keperluan yang
lain.
- Work life balance. Dari Andrea saya belajar bahwa hidup bukan hanya di
kantor saja. Saat dia mulai hanyut dalam pekerjaannya, hubungan pribadinya
memburuk. Bahkan dia break dari kekasihnya yang menganggap Andrea sudah
tidak peduli lagi dengan hubungan mereka. Pun demikian saat ayah Andrea datang
mengunjunginya, dia malah lebih sibuk mengurusi keperluan atasannya di luar jam
kerja. Dari sinilah saya belajar bahwa semua ada porsinya. Harus seimbang
antara pekerjaan, percintaan, dan keluarga.
- Self love. Menurutku, memiliki kehidupan yang seimbang adalah bagian dari self
love. Ada saatnya ngantor, ada saatnya kumpul dengan teman, ada saatnya
menghabiskan waktu bersama keluarga, dan ada saatnya pula fokus ke diri
sendiri. Tidak memaksakan tubuh dan pikiran untuk terus bekerja. Dengan kata
lain, berikan haknya untuk beristirahat dan menghindari tekanan-tekanan. Dengan
begitu saya juga lebih menikmati hidup.
Sepertinya artikel yang berawal dari film favorit ini
berubah menjadi curcol, ya, haha. Memang sesenang itu saya dengan film The
Devil Wear Prada ini. Saya bisa menontonnya lagi lagi dan lagi hingga saat ini.
Apalagi saat merasa lelah dengan pekerjaan atau juga drama di kantor, saya akan
bernostalgia dengan film ini. Kemudian mengenang awal-awal ketika saya mulai terjun
ke dunia kerja.
~ Hana Aina ~
Baca juga, ya ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berbagi komentar